Ini bukan tulisan serius. Saya menulis pada jam 21.31 di detik-detik pergantian tahun 2020 ke 2021. Orang yang saya tulis sudah tertidur pulas sejak satu jam yang lalu. Orangnya ganteng, pakai kaos berwarna merah tua.
Saya ingin menulis ini karena sekarang tepat 1 bulan lebih 1 hari kami menikah. Pernikahan yang indah sekalipun tidak mewah. Kenapa indah? Karena mempelainya lengkap dan dilaksanakan di bumi, semua orang bisa menyaksikan kekikukan kami saat fotografer bilang "Agak geser ke kanan dikit mas, pandangan lurus, hidungnya menyentuh kening istri, nah yaaaa sedikit lagi, kurang dekat, naahhh".Â
Sejak jaman kuliah saya memanggilnya Big Boss, tepatnya setelah nonton drakor kondang DOTS (Descendants of the Sun) yang diperankan Song Jung Ki dan Song Hye Kyo. Kadang saya manggil Pak Haji, kadang Buncis, Chou-Chou (Kubis), Bang Toyib, atau apa lah sesuai mood saya. Dia juga tidak pernah komplain, tidak pernah tanya, dan tidak pernah tidak.
Dia suka design tapi masuk perkapalan Teknik otomasi. Dia tidak suka baca buku tapi naksir saya yang jatuh hati pada buku sejak SMP. Dia juga tidak suka selingkuh tapi sering berduaan dengan robot-robot yang di laptopnya dikasih nama Si-Cantik. Saya cemburu.
Dia suka menyapu kalau saya sedang tidak bisa nyapu, dia suka mencuci kalau saya ambil jatah menjemur, dia juga suka masak karena saya tidak bisa masak. Tapi dia tidak suka melipat baju. Â Saya tahu betul kerapian lipatan saya sangat diragukan, tapi lipatan bajunya jauh lebih mengenaskan.
Andaikan benar-benar Joog Ki dia pasti tidak mau masak, tidak mau ngepel, apalagi bersih-bersih rumah. Kami menikah karena sudah waktunya bersih-bersih rumah, tapi nyatanya rumah tetap tidak bersih, biasa saja seperti sebelum menikah. Karena kata seseorang menikah itu biasa saja, yasudah saya biasa saja, tidak perlu sok tahu masak, tidak perlu sok rajin bersih-bersih, sok rajin nyuci, sok rajin ibadah, sok-sok yang lain. Semuanya biasa.
Tadi saya ngisi acara, di kolom motto saya menulis 'Biasa Aja', yang penting Big Boss tetap ganteng sekalipun bukan Joong Ki.
Perihal suka dan tidak suka, sebelum hari H pernikahan, seorang guru saya pernah bilang; orang jodoh itu mbak memang harus tidak sama. Tidak boleh sama, baru mereka bisa jodoh. Beliau mengibaratkan cangkir dan tutupnya, kalau cangkir ketemu cangkir mana bisa menjadi satu. Atau foto dan frame-nya, foto ketemu foto atau frame ketemu frame tidak jodoh. Perempuan ketemu perempuan juga tidak akan pernah jodoh. Saya tidak suka perempuan dan suami saya tidak suka laki-laki, karenanya kami berjodoh.
Dia mendukung ketika saya bilang malas nyapu mending nonton TV, atau biarin dulu cuciannya mending nyuci kalau sudah bertumpuk biar capeknya hanya sekali saja. Dia sering mendukung teori cerdas saya. Saya juga sering bilang malas mandi mending ngemil saja, puji syukur dia tidak menolak.
Dari itu, muncul konsep baru dalam otak saya bahwa sakinah mawaddah warahmah itu mudah tidak perlu repot-repot. Saya berdo'a semoga ini masuk kategori Sakinah mawaddah warohmah. Saat ini Bigboss sedang menggaruk-garuk lengannya setelah seekor nyamuk melayang dengan senyum yang lebar. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H