Budaya masyarakat Indonesia yang umumnya menanam tumbuhan palawija, seperti padi, jagung, kedelai, dan lain-lain seringkali terhambat dengan beberapa faktor, seperti iklim, kestabilan harga, serta harga pupuk.Â
Bahkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHS Nasional) menyebutkan pada tanggal 28 Agustus 2021 rata-rata harga cabai rawit di Indonesia hanya berkisar pada Rp 18.000/kg. Dengan harga sekian menyebabkan banyak petani mengalami rugi panen, bahkan memutuskan untuk tidak memanen.
Sama halnya dengan cabai, padi yang menjadi makanan pokok mayoritas mayarakat Indonesia juga seringkali dihadapkan dengan masalah iklim yang tidak menentu, hama, serta mahalnya pupuk yang akibatnya bahkan sampai pada gagal panen.
Hal inilah yang menyebabkan Kholid, pria berusia 35 asal Desa Rowotamtu, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember beralih dari bertaman palawiya menjadi budidaya jambu kristal.
Awalnya ia tertarik dengan jambu kristal karna tekstur dagingnya yang renyah dan manis, serta sedikit didalamnya.
Mula-mula ia mencoba mencangkok jambu kristal yang kemudian ia tanam di halaman rumah. Dari sinilah ia menyadari bahwa peluang untuk berbudidaya jambu kristal menggiurkan.
Di kebun seluas 500 m2 miliknya ia mulai mengembangkan jambu kristal. Hasilnya sangat mengejutkan, dalam satu pohon bisa menghasilkan kurang lebih 50 kg buah disetiap panen. Sedangkan dalam satu tahun ia mengaku sampai 4x panen. Dalam sekali panen ia mampu menghasilkan buah kurang lebih 5 ton.
Ia memasarkan buah yang memiliki kualitas paling bagus dengan harga 8.000kg, serta yang kurang bagus dengan harga 4.000/kg.
Budidaya jambu kristal bisa menjadi alternative kegiatan ditengah pandemic. Selain perawatanya yang tergolong mudah, buah yang memiliki ciri khas daging renyah serta sedikit biji ini juga eksis dipasaran.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H