Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Seribu Jalan dalam Satu Celah

29 September 2016   21:52 Diperbarui: 29 September 2016   22:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jalan dapat diartikan sebagai suatu cara atau metode. Sedangkan celah adalah jalan keluar. Seribu dikiyaskan dengan sebuah kata jamak yang berarati suatu angka yang tidak dapat dinilaikan atau dalam jumlah angka yang banyak.Di dalam kondisi tertentu, kita dapat menentukan pula bagaimana kita akan bergerak. Seperti dalam kondisi yang terbatas, dengan kebiasaan hidup dalam keadaan itu seseorang akan lebih pandai mengolah permainan otaknya. Seperti pada umumnya, dua nilai yang terkandung di dalamnya. Dilihat dari segi positif, otak akan lebih sering digunakan dan terasah cerdas. Sedangkan pada segi negatifnya adalah cara tesebut digunakan tidak pada tempatnya dan disalah gunakan untuk akal-akal cerdik dalam mendapatkan keuntungan. Dalam kehidupan nyata saya sering menjumpainya, atau bahkan sring kali saya menjadi aktor di dalamnya.

Saya adalah seorang santri. Muncul di dalam otak pertanyaan, ‘apa itusantri?’. Istilah santri erat kaitannya dengan keagamaan islam. Tidak lepas juga dari asrama atau yang biasa disebut pesantren. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang mendalami ilmu agama islam,berguru di tempat yang jauh seperti pesantren. Menurut Dr.Dzamakhsyari yang mengutip pendapat dari Prof. Johans, pengertian santri diambil dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji. Dalam arti sempit, santri ialah seorang pelajar yang belajar di sekolah agama atau biasa disebut pesantren.

Kehidupan didalam pesantren dinilai cukup unik. Kehidupan lain yang mirip dengan ini adalah kehidupan asrama tertentu yang di dalamnya terdapat suatu aturan dan kepengurusan. Datangnya orang-orang dari berbagai kalangan,suku,kota, dan daerah. Berbeda bukan berarti kukuh dengan sesamanya. Dari perbedaan itu kita akan lebih memahami jutaan ribu sifat dan karakter manusia. Dengan tekad jauh dari keluarga, meninggalkan kampung halaman demi pencarian jati diri,ilmu dan memulai kehidupan baru dengan lingkungan yang baru pula. Awalnya memang terlihat menyeramkan, datang dengan wajah super polos, gelinangan air mata. Bila ingat kampung dan seisinya, khususnya keluarga tercinta. Penyesuaian pola pikir dan aturan adalah langkah awal yang harus saya hadapi.

Enam bulan terlewati dengan orientasi. Mulai akrab dengan lingkungan sekitar. Beberapa hal mulai mengalir dalam jiwa, kebiasaan unik sudah menjadi adat. Manajemen dalam keterbatasan adalah akar dari sebuah keunikan. Saat mengejar gerbang sekolah misalnya, bagaimana kita harus melewati gerbang dengan sekligus memakai atribut lengkap. Tidak lupa dengan penampilan make up yang maksimal. Entah itu lari dengan memakai atribut atau lari dengan memaksimalkan dandan. 

Ada saja yang dilakukan, tiba disekolah sudah rapi dan tertib. Padatnya jadwal kegiatan menjadi faktor adanya adegan mengantuk di kelas. Uniknya beberapa dari kita meminta izin kepada guru untuk mendengarkan dengan berdiri. Anehnya, degan posisi berdiri pun tetap saja terlelap dalam tidurnya. Pandai dalam bermain drama, membuat seribu alasan atau cara saat tidak mengikuti kegiatan. Saat kegiatan jama’ah misalnya, ketika mendengar hitungan mundur gerbang ditutup tanda terlambat tiba. Adasaja tingkahnya, lari bersembunyi di bawah kolong tempat tidur atau masuk ke dalam lemari sembari menahan nafas. 

Cerita lain sat mereka mengantri mandi, minimnya atau bahkan tidak adanya tempat untuk mereka mengantri. Dengan akalnya, mereka menggunakan gayung sebagai tempat duduk saat mengantri. Jika tidak hidup dalam lingkungan ini, jarang sekali seseorang akan berfikir untuk duduk di gayung yang seharusnya adalah tempat untuk mengambil air.

Pola berfikir yang seperti ini jika di praktekkan dalam kehidupan diluar tentu akan membantu. Mengapa? Kebiasaan berfikir cepat dan praktis dengan apa yang ada di depannya. Dalam menghadapi era ini misalnya, seseorang akan terlatih untuk berfikir keras dan kreatif. Sebaliknya,hal yang demikian akan menjadi berbahaya jika digunakan untuk hal-hal yang negative. Otak cerdik dalam berfikir harus selalu ditata dan ditempatkan kepada hal yang baik, agar tercipta kehidupan yang baik pula. Segala sesuatu yang terlihat tidak mungkin akan menjadi mungkin jika timbul kemauan dalam diri kita. Kemauan adalah suatu pendorong atau tenaga untuk kita bergerak melakukannya. Jangan pernah berhenti unuk berfikir. Jika kita memanjakan diri kita, maka lingkungan akan memukulmu keras. Sebaliknya jika kamu mau membiasakan dirimu untuk selalu berusaha keras, maka lingkungan akan memanjakanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun