Mohon tunggu...
Laila Amirah
Laila Amirah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita muda yang selalu tertarik dgn berbagai hal dalam hidup, mencari berbagai kemungkinan, dan memperbaiki diri tanpa henti. Kunjungi blog ku http://lailashares.wordpress.com untuk beragam artikel seputar cinta, kepribadian, dan beberapa pengalaman hidupku :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebelum Ngebet Nikah atau Jihad ke Palestina, Lakukan Dulu yang Satu Ini

23 September 2011   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setelah memutuskan untuk lebih banyak melakukan hal-hal yang bermanfaat, mulailah kutelusuri deretan buku-buku tipis di rak kaca kamar belakang dan tergerak untuk membaca sebuah buku yang berjudul `Bimbingan Berbakti kepada Ibu dan Bapak di Masa Hidup dan Wafatnya` karya Maftuh Ahnan dan Ny. Ummu Khoiroh. Hmmm, kupikir sebelum mempelajari bagaimana menjadi orang tua, lebih baik kudalami dulu ilmu menjadi anak yang sholehah ya (meskipun agak terlambat). Buku ini begitu tipis hingga hanya perlu waktu beberapa jam untuk menyelesaikannya. Di halaman paling akhir dicantumkan pesan-pesan Luqmanul Hakim, seorang manusia yang namanya diabadikan dalam sebuah surat dalam Al-Quràn yaitu Surat Luqman. Beliau ini adalah bagian dari Bani Israil yang hidup pada zaman Nabi Daud as. Para ahli ilmu sepakat bahwa beliau ialah seorang alim, bukan salah satu Nabi apalagi Rasul Allah.

Berikut ini adalah kumpulan nasihat Luqmanul Hakim yang tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak beliau, tetapi juga bagi seluruh muslimin dan muslimah hingga akhir zaman. Sebenarnya dalam buku yang kubaca hanya dicantumkan 16 pesan, tetapi setelah berselancar di dunia maya, kutemukan di sebuah situs kedua puluh lima nasihat berikut ini:


  1. Hai anakku; ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman, dan layarnya adalah tawakkal kepada Allah.
  2. Orang-orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insyaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari Allah juga.
  3. Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah, maka dia tawadduk kepada Allah, dia akan lebih dekat kepada Allah dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah.
  4. Hai anakku; seandainya ibu bapakmu marah kepadamu karena kesilapan yang kamu lakukan, maka marahnya ibu bapakmu adalah bagaikan pupuk bagi tanaman.
  5. Jauhkan dirimu dari berhutang, karena sesungguhnya berhutang itu akan menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
  6. Dan selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak mendurhakai Allah. Takutlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takut (taqwa), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah.
  7. Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rusak akhlaknya akan sentiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang enggan mengerti.
  8. Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang sangat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.
  9. Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.
  10. Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.
  11. Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkawinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab akan mengingatkanmu kepada akhirat sedangkan menghadiri pesta perkawinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi.
  12. Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.
  13. Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan karena manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan saja pahitnya barang itu, karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.
  14. Makanlah makananmu bersama sama dengan orang-orang yang taqwa dan musyawarahkan urusanmu dengan para alim ulama dengan cara meminta nasihat dari mereka.
  15. Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu, tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih ingin menambahkannya.
  16. Hai anakku; bilamana engkau ingin mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsyafkan kamu, maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah.
  17. Selalulah baik tutur kata dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.
  18. Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu darinya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.
  19. Jadikanlah dirimu dalam segala tingkah laku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
  20. Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan olah dunia saja karena engkau diciptakan Allah bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.
  21. Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.
  22. Hai anakku; janganlah engkau mudah tertawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak ada guna bagimu, janganlah menyia-nyiakan hartamu.
  23. Barangsiapa yang penyayang tentu akan disayangi, siapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi racun, dan siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor tentu akan menyesal.
  24. Hai anakku; bergaulah akrab dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah nasihatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
  25. Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu saja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan orang yang bermuka dua karena kelak akan membinasakan dirimu.


Mengenai keseluruhan isi buku, aku pun semakin memahami pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Teringat begitu banyak kelakuan dan ucapanku yang mungkin pernah menyakiti hati kedua orang tuaku. Bagaimanakah bila apa yang dialami oleh Juraij menimpaku? Na’udzubillahi min dzalik.

Sebelum terburu-buru ingin menikah atau bahkan ikut berjihad ke Palestina, sebaiknya mari kita koreksi diri dulu. Apakah aku sudah menjadi anak yang Birrul Waalidaini (berbakti kepada kedua orang tua)? Seperti pada hadits shahih berikut ini, Abdullah ibnu Mas’ud ra berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw.  tentang perbuatan yang paling dicintai Allah? Jawab beliau: “Yaitu shalat pada waktunya”. Aku bertanya kembali: “Kemudian apa lagi ?” Jawab beliau: “Berbaktilah pada kedua orang tua” Aku bertanya lagi :”Kemudian apa lagi?” Rasulullah saw. menjawab : “berjihadlah di jalan Allah” (HR. Imam Bukhari). Birrul Waalidaini menjadi prioritas kedua dalam usaha seorang muslim untuk meraih cinta Allah subhanahu wa ta’ala.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun