Secara resmi bernama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), daerah tersebut merupakan provinsi tertua kedua di Indonesia setelah Jawa Timur.Â
Seperti namanya, Yogja yang memiliki status khusus memiliki kekuatan khusus untuk mengendalikan dan mengatur wilayahnya.
Meskipun diperoleh pada masa kolonial (sebelum kemerdekaan Indonesia), masih mempertahankan statusnya.Â
Oleh karena itu, Yogyakarta juga dikenal sebagai Kesultanan Gayogyakarta Hadiningrad, di mana Sultan adalah kepala pemerintahan (setara dengan gubernur).
Hingga hari ini, Yogyakarta terikat oleh beragam tradisi dan budayanya yang unik. Beberapa di antaranya diadakan secara rutin setiap tahun. Jadi apa ini? berikut hasil wawancara dengan salah satu rekan asli Yogyakarta
- Upacara Secaten
Secaten adalah upacara adat yang cukup terkenal di Jogja. Upacara ini berlangsung di
Alun-alun Utara Yogyakarta setiap lima Maulid sebelum Maulid Nabi Muhammad SAW. Ritual ini berlangsung selama tujuh hari. Umumnya, tradisi ini juga disertai dengan pasar malam Secaten.
- Grebeg Muludan
Â
Menjelang berakhirnya perayaan Sekaten, upacara berakhir di Grebeg Muludan pada tanggal 12 Rabiul Awal (tepatnya hari lahir Nabi Muhammad SAW).
Upacara ini ditandai dengan adanya pegunungan alpen yang terdiri dari beras ketan, makanan pokok, sayur mayur dan buah-buahan, serta 10 jenis bregada prajurit kerajaan: Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Keanggung dan Mantrirejo, Surakarta dan Bugis. Arak- arakan dimulai di Istana Kemandungan, melewati Siti Hingir dan Pajeralang, dan berakhir di Masjidil Haram. Tumpukan yang diminta akan dibagikan kepada masyarakat dengan harapan berkah.
- Pusaka Siraman
Upacara berikutnya yang masih rutin diadakan di Yogyakarta adalah Pusaka Siraman.
Sesuai dengan namanya, upacara ini dilakukan untuk mensucikan segala jenis pusaka yang disimpan di keraton Sultan. Tradisi ini berlangsung setiap bulan pada hari Jumat Kuriwon atau Selasa Kuriwon.
Beberapa benda pusaka yang dianggap penting bagi Keraton Yogyakarta adalah tombak K.K.
Agen Prered, Chris K.K. Kereta kuda milik Ageng Sengkelat dan Nyai Jimat.
Daftar Pustaka
Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Sutiyono. 2013. Poros Kebudyaan Jawa. Yogyakarta: Graha Ilmu.