Sistem limbik merupakan tempat awal dimana respons emosional berasal. Sitem limbik juga dapat dikatakan sebagai pusat pengaturan ketakutan, agresi, ketertarikan seksual, ingatan, pmbeljaran serta penciuman. Istilah dari 'Sistem Limbik' berasal dari bahasa latin limbus, yang berarti yakni pembatasan. Namun, secara fisik sistem limbik ini terletak di perbatasan antara dua bagian otak yakni neokorteks dan batang otak. Dan dia memiliki peran seperti halnya jembatan antara neokorteks yang membantu kita dalam bepikir, menalar, serta secara sadar memproses emosi dari kita. Sedangkan batang otak yang melakukan pekerjaan autopilot untuk menjaga agar tubuh tetap hidup tanpa pemikiran yang sadar. Nah, jadi bagian otak apa saja yang termasuk sistem limbik?
Sitem limbik terdiri dari beberapa bagian yang dalam hal ini memiliki fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, para Ilmuwan telah sepakat mengelompokkan beberapa bagian otak, jadi sistem limbik bukan  hanya satu bagian. Sistem limbik terdiri dari beberapa bagian penting yaitu thalamus, hipothalamus, amigdala, dan hippokampus. Walaupun demikian, seluruh struktur tersebut antara satu sama lainnya akan saling terhubung.
Talamus dalam hal ini dikatakan sebagai pusat relay pada otak kita, dimana ia berperan untuk memutuskan input sensorik mana dan harus pergi kemana serta apakah otak harus mengabaikan sesuatu hal. Pada saat itu saraf optik pada bagian otak kita akan menyampaikan informasi secara visual ke talamus, kemudian talamus di sini akan memutuskan apakah dirasa informasi tersebut cukup penting untuk diperhatikan.
Bagian selanjutnya amigdala. Amigdala merupaka struktur yang berbentuk seperti almond berukuran kecil yang bertanggungjawab mengenai ketakutan, kecemasan, agresi, ketertarikan seksual, serta kesenangan. Ketakutan yang sering kali kita rasakan itu disebabkan oleh amigdala. Begitupun jika kita memiliki ketertarikan pada seseorang juga disebabkan oleh amigdala.
Hipotalamus dapat dikatakan sebagai hubungan penting antara otak dengan tubuh kita. Mengapa demikian, karena dalam hal ini hipotalamus akan melepaskan hormonnya sendiri serta mengontrol kelenjar lainnya untuk membawa perubahan pada tubuh kita. Dalam hal ini, ia juga bertanggungjawab dalam menjaga homeostatis (keseimbangan tubuh). Dimana hal tersebut mengatur siklus tidur hingga bangun, suhu tubuh kita, rasa lapar, sampai alasan mengapa tubuh kita merasakan emosi.
Dan yang terakhir yakni hippokampus. Dalam hal ini ia terlihat seperti halnya kuda laut, karena namanya yang di ambil dari bahasa Yunani yang berarti kuda laut. Hippokampus berperan dalam pembelajaran dan memori, serta utamanya dalam mengubah memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Nah, kenangan masa kecil kita akan kita ingat dengan adanya hippokampus. Nah, untuk lebih mengetahui lebih lanjut fungsi dari masing- masing bagian tersebut serta kerusakannya, simak video dibawah ini.
Kemudian pada awalnya kita mungkin tidak terlalu memikirkan hal apa yang terlebih dahulu antara emosi atau berpikir. Mungkin bagian sebagian orang akan menjawab bahwa emosi akan lebih dahulu dari pada proses berpikir kita. Hal tersebut dapat kita jumpai saat atau ketika kita marah maka kita akan emosi hingga marah dan melakukan suatu hal yang tidak di inginkan diluar batas kita. Maka setelah kejadian tersebut, kita akan berpikir apakah suatu tindakan yang kita lakukan itu salah kemudian akan ada rasa penyesalan.
Manakah yang lebih dahulu, berpikir atau emosi?
Seringkali ketika kita mendengar kata 'emosi' maka kebanyakan dari kita akan memikirkan mengenai cinta, benci, kebahagiaan, hingga ketakutan. Perasaan yang akan terus kita rasakan sampai sepanjang hidup kita. Emosi kita merupakan kekuatan pendorong di balik dari banyaknya perilaku kita. Kemudian, dari manakah datangnya emosi kita?
Otak kita dalam hal ini akan terhubung untuk mencari ancaman atau imbalan. Namun, jika ada yang terdeteksi maka wilayah dari perasaan yang ada pada otak kita akan memberi peringatan melalui adanya pelepasan pesan kimia. Emosi kita adalah pesan kimia tersebut, berjalan dari otak kita ke seluruh bagian tubuh. Nah, pada saat otak kita mendeteksi adanya ancaman yang potensial, maka otak kita akan melepaskan hormon stress adrenalin serta kortisol dalam mengantisipasi diri kita untuk menghindari bahaya tersebut.
Sedangkan, ketika kita mendeteksi adanya suatu hal yang bermanfaat, misalnya jika ada orang yang berbuat baik kepada kita. Maka otak kita akan melepaskan dopamin, oksitosin, ataupun seratonin yang merupakan bahan kimia yang membuat kita merasa baik serta memotivasi diri kita dalam melanjutkan tugas ataupun perilaku.