Mohon tunggu...
Laila Munawaroh
Laila Munawaroh Mohon Tunggu... Guru - Dosen PGMI di STAI Al-Amanah Al-Gontory dan Guru Bahasa Inggris di SDN Sangiang Jaya

Salam kenal! saya Laila Munawaroh, seorang pendidik yang memiliki banyak hobi. Saya suka membaca, menonton, menyanyi, menggambar, menulis dan mempelajari hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Komunitas Belajar dan Platform Merdeka Mengajar (Opini)

28 Mei 2024   11:10 Diperbarui: 28 Mei 2024   11:15 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagi para pendidik di Indonesia, "Komunitas Belajar" dan "Platform Merdeka Mengajar" bukan menjadi hal asing sejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka. Terlebih lagi, sejak tahun 2024 ini Platform Merdeka Mengajar atau yang dikenal dengan sebutan PMM menjadi hal penting yang terus menghantui untuk menuntaskan kewajiban mengerjakan "E-Kinerja". Ya, sekedar "menuntaskan kewajiban". E-Kinerja merupakan salah satu fitur yang terdapat dalam PMM yang wajib diisi oleh setiap guru ASN, dimana fitur ini bertujuan untuk melihat kinerja pegawai yang dibuktikan dengan sertifikat keikutsertaan pelatihan dari komunitas-komunitas belajar. Artinya, jika guru telah mengerjakan E-Kinerja maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut telah melakukan salah satu kewajibannya (selain mengajar dan mendidik) untuk terus mengembangkan kompetensi diri sebagai pendidik. Sayangnya fakta tidak berkata demikian. Banyak sekali guru menuntaskan kewajiban ini dengan "permainan" yang jauh sekali dari komitmen untuk terus belajar.

Dalam Kurikulum Merdeka, pemerintah ingin menciptakan budaya "Pembelajar Sepanjang Hayat" bukan hanya untuk para peserta didik, tetapi juga untuk para pendidiknya. Oleh karena itu, pemerintah menciptakan sebuah platform sebagai wadah para pendidik untuk terus belajar dan berbagi yang dinamakan dengan Platform Merdeka Mengajar atau PMM. Bagi saya pribadi, PMM amat sangat memberikan manfaat karena banyak sekali ilmu yang tidak saya dapat ketika di bangku kuliah dulu. Sebetulnya, para pendidik bisa menjawab berbagai keresahannya dalam mengajar dengan mencari jawaban dan mempraktekannya melalui PMM dari fitur webinar, pelatihan mandiri, praktik baik teman sejawat, dll. secara GRATIS!, walau tentu tips-tips yang terdapat dalam PMM belum tentu berhasil dilakukan untuk guru lain. Mungkin, alasan itu pula yang melatarbelakangi pemerintah dalam menciptakan platform tersebut. Pemerintah mencoba membantu menyelesaikan permasalahan para guru di kelas tanpa harus mengikuti pelatihan-pelatihan berbayar yang harganya selangit.

Lalu mengapa para guru tidak memiliki komitmen untuk terus mengembangkan kompetensi diri secara sukarela? Mengapa PMM justru disalahgunakan untuk hanya menuntaskan kewajiban, bukan sebagai wadah belajar? Saya mengaitkan fenomena ini dengan "Teori Kebutuhan Maslow". Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki 5 tingkatan atau hirarki kebutuhan. Kebutuhan pertama adalah "Kebutuhan Dasar atau Fisiologis". Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia akan oksigen, air, makanan, suhu tubuh yang normal, tidur, kebutuhan seksual, dan lain semacamnya. Jika salah satu kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi ketercapaian kebutuhan berikutnya yaitu "Kebutuhan Akan Rasa Aman". Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini meliputi rasa aman secara fisik maupun emosional, seperti kebutuhan akan rasa aman dari bahaya yang akan mengancam, kebutuhan perlindungan dari tindak kriminalitas, kebutuhan rasa aman dari ancaman penyakit, kebutuhan rasa aman dari bahaya bencana alam, dan lain sebagainya. Tingkat kebutuhan yang ketiga adalah "Kebutuhan Sosial (Rasa Cinta, Kasih Sayang, serta Hak Kepemilikan)". Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk merasakan cinta, kasih sayang, dan memiliki hak kepemilikan terhadap suatu hal, seperti membentuk keluarga, bersosialisasi dengan suatu kelompok, beradaptasi dengan lingkungan sekitar, serta berada dalam lingkungan masyarakat. Jika ketiga kebutuhan ini tercapai, maka manusia akan memiliki kebutuhan tingkat keempat yaitu "Kebutuhan Mendapatkan Penghargaan". Penghargaan yang dimaksud dalam tingkat kebutuhan ini tidaklah selalu penghargaan berupa piala atau hadiah. Maksud dari kata penghargaan disini adalah harga diri seperti mendapatkan pangkat, gelar, serta profesi. Jika keempat kebutuhan ini telah terpenuhi maka kebutuhan tertinggi manusia adalah "Kebutuhan untuk Mengaktualisasikan Diri". Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai wujud sesungguhnya untuk mencerminkan harapan serta keinginan seorang individu terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa para guru pasti akan sukarela belajar dan meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik atau melakukan aktualisasi diri jika keempat kebutuhannya sudah terpenuhi. Bagaimana bisa para guru dapat memiliki komitmen untuk terus belajar sepanjang hayatnya jika perutnya masih lapar, hutang menumpuk, apresiasi nihil, harga diri diinjak? Salam bahagia Bapak/Ibu guru hebat!

https://www.gramedia.com/literasi/teori-kebutuhan-maslow/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun