Pada hari Sabtu, 22 Juli 2022 di Kawasan Sudirman, Kb. Melati, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat tepatnya di sekitaran MRT BNI City dipadati dengan banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang untuk merasakan dan menyaksikan langsung Citayem Fasihion Week yang tengah ramai menjadi perbincangan publik. Kegiatan tersebut awalnya hanya diisi dengan masyarakat yang datang untuk pergi nongkrong atau sekadar berjalan-jalan menghabiskan waktu libur dengan berjalan-jalan di daerah Sudirman. Namun kini Kawasan SCBD semakin ramai dan padat, karena banyak sekali potret yang beredar di media-media baik cetak maupun online, juga social media yang ramai membahas Citayem Fasihion Week hingga menjadi sebuah trend di masyarakat. Berbagai kalangan masyarakat sangat antusias ingin ikut berlomba-lomba menunjukan gigi melalui fashion yang piamik, menarik, dan unik secara langsung ke Kawasan SCBD. Sehingga lonjakan yang terjadi menuai banyak pendapat dari berbagai sisi mengenai hal baik dan buruk akan adanya Citayem Fasihion Week ini.
Setelah turun dari Stasiun Kereta Api Sudirman, suasana disambut dengan padatnya orang yang tengah berlalu-lalang, atau sekedar berfoto-foto. Dengan adanya terowongan yang dilukiskan dengan karya seni yang menarik, terowongan yang menjadi penghubung jalan dari Stasiun ke Kawasan MRT menjadi spot menarik untuk singgah sebentar dan mengambil banyak foto. Selain itu juga, ada beberapa pedagang asongan atau kaki lima yang menambah Kawasan tersebut menjadi lebih lengkap agar orang-orang yang ingin datang dapat dengan mudahnya mencari makan, atau minuman. Ada beberapa toko kecil seperti menjual kue-kue, menjual kopi dengan sepeda, hingga makanan ringan seperti gorengan sampai berat seperti bakso, mie ayam, bubur, dan jenis makanan berat lainnya yang dapat memudahkan pendatang untuk menemani mereka saat berkunjung.
Semakin sore atau menjelang malam, semakin banyak orang yang datang. Dari berbagai penjuru tempat, dan daerah mulai dari kisaran Jakarta, hingga dari Depok, Bekasi bahkan Bogor rela datang hanya untuk merasakan bagaimana padatnya Sudirman yang kini tengah menjadi sorotan dimana-mana. Para pengunjung yang datang, biasanya menggunakan transportasi umum seperti kereta, Transjakarta, atau ada yang membawa kendaraan pribadi seperti motor dan mobil.
Melonjaknya pengunjung yang datang, tak sedikit membuat trotoar atau tempat-tempat yang seharusnya digunakan untuk fungsi yang lain bergeser menjadi tempat parkir secara mendadak. Selain itu juga, padatnya masyarakat yang datang berbondong-bondong membuat Kawasan Sudirman sedikit mengganggu lalu lintas yang sedang berjalan. Mulai dari para pejalan kaki yang terganggu karena tidak bisa jalan dengan leluasa di trotoar, atau pejalan kaki yang ingin ke tempat transportasi umum yang harus berdesakan, hingga motor atau mobil yang susah untuk berjalan di jalan raya yang seharusnya digunakan untuk berlalu-lalang.
Tak hanya itu, beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab membuat keadaan lingkungan menjadi lebih kumuh. Sampah yang ada seperti sampah plastik bekas makanan atau minuman berserakan dimana-mana, padahal sudah banyak tempat sampah disediakan di setiap sudut jalanan. Banyak sampah yang tidak dibuang di tempat yang seharusnya, dan dibiarkan berserakan membuat keadaan tidak nyaman dan kotor. Dan kebiasaan seperti itu juga membuat para pekerja kebersihan harus bekerja lebih membereskan sisa-sisa sampah agar lingkungan kembali menjadi bersih, dan nyaman untuk ditempati. “Saya yang tadinya biasa duduk di sini jadi males deh. Soalnya, dari kemarin tuh sampahnya banyak yang berserakan, jadi bikin sarang nyamuk dan kotor keliatannya.” Ujar Mega, salah satu pengunjung yang sering datang dan melewati jalan tersebut untuk pergi bekerja dengan MRT.
Namun, dibalik kejadian yang kurang nyaman tersebut, antusias masyarakat yang datang menjadi sebuah berkah bagi para pedagang, atau pengamen yang berada di sana. Meningkatnya pendatang yang hadir, membuat pemasukan dari mereka bertambah dari biasanya. “Iya neng, saya biasanya cuma dapet beberapa aja, karena lagi rame nih bisa dapet alhamdulillah lebih banyak. Saya seneng neng kalau rame kaya gini.” Ujar Pak Bahri, salah satu pedagang asongan yang menjual minuman dengan sepedanya. Tak hanya itu saja, para pengamen yang berlalu-lalang untuk mengais rejekinya di Kawasan Sudirman juga merasakan imbas baik dari kehadiran pengunjung yang ramai.
Bukan hanya itu saja, dari berbagai kalangan masyarakat yang datang pun merasa bahwa adanya trend Citayam Fashion Week ini membuat mereka merasa lebih seru dan berwarna. Dengan berbagai pakaian yang dipakai sehingga dapat mengekspresikan diri dengan bebas, juga dapat bertemu dengan banyak teman dan kenalan baru di sana. Dari berbagai macam latar belakang dapat duduk bersama dan berbincang dengan rukun tanpa ada keributan yang terjadi. Bahkan, tak jarang beberapa pengunjung saling membantu seperti meminta bantuan untuk foto, membantu petugas kebersihan memungut sampah, dan banyak hal baik lainnya.
Salah satu contoh pengunjung yang bernama Yudi yang berusia kisaran 70 tahun dengan latar belakang seorang Psikolog, yang memanfaatkan trend Citayam Fashion Week ini menjadi salah satu media untuknya memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat yang datang dengan memakai fashion khas Indonesia. “Ini kan aku menggunakan blazer batik, juga celana dengan kain tenun dan hiasan kepala Topi Burung Ruai dari Suku Dayak sengaja untuk memperkenalkan kepada orang-orang yang datang agar tetap bisa melestarikan budaya Indonesia, dan membuktikan bahwa pakaian adat Indoensia tuh bagus loh.” Ujar Beliau saat ditanyakan tentang pakaian yang dikenakannya. Ia juga berkata bahwa, “Ini adalah tempat para anak muda atau panggung setelah 2 tahun pandemi, bagus banget selama itu tetap berada didalam hal yang positif. Apalgi jika ada orang-orang yang peduli, untuk anak-anak bisa mengekspresikan who am I, dan this is me.” Sebagai tanggapannya mengenai adanya trend Citayam Fashion Week yang tengah terjadi.