Mohon tunggu...
Laila Liriza Almatsani
Laila Liriza Almatsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG

Pendidikan Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Design Thinking: Pembelajaran Bermakna

20 Mei 2024   06:53 Diperbarui: 20 Mei 2024   07:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

          Design Thinking adalah salah satu mata kuliah pilihan yang diambil oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia PPG Prajabatan Universitas Pasundan. Design Thinking adalah sebuah metodologi, juga pola pikir untuk memunculkan potensi kreatif yang ada dalam diri setiap orang. Design Thinking memberikan keleluasaan ruang untuk mencoba, melakukan kesalahan, dan belajar dari kesalahan tersebut berkali-kali sehingga produk yang tercipta adalah hasil dari proses pembelajaran terus-menerus.

          Dengan mempelajari mata kuliah Design Thinking, mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia PPG prajabatan diharapkan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan menyenangkan, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan lebih baik.

Topik 1: Design Thinking dan Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

         Design Thinking dalam konteks pembelajaran di kelas sangat bermanfaat bagi pendidik dan peserta didik. Untuk pendidik, metode ini membantu memahami karakteristik dan kebutuhan pesrta didik. Bagi peserta didik, Design Thinking mendorong potensi kreatif dengan mengidentifikasi kekuatan diri mereka. David Kelley, pendiri IDEO dan Stanford School of Design Thinking, menjelaskan lima fase dalam proses Design Thinking: Membangun Empati, Merumuskan Tujuan, Menciptakan Solusi, Mengembangkan Prototipe, dan Menguji Prototipe. Mahasiswa PPG Prajabatan Bahasa Indonesia Universitas Pasundan telah mengaplikasikan lima fase Design Thinking dengan membuat hadiah yang mencerminkan latar belakang dan karakteristik target. Proyek ini tidak hanya mengasah kreativitas mereka tetapi juga meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya memahami kebutuhan orang lain dalam konteks pembelajaran.

Topik 2: Fase Empathize - Menggunakan Empati untuk Membangun Pemahaman

          Fase Empathize dalam Design Thinking adalah tahap awal yang sangat penting dalam proses memahami kebutuhan dan perspektif peserta didik. Melalui empati, pendidik dapat menggali lebih dalam tentang apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dihadapi oleh peserta didik, yang pada gilirannya memungkinkan penciptaan solusi pembelajaran yang lebih tepat sasaran dan efektif. Seorang guru profesional harus memahami kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Salah satu cara efektif adalah dengan berempati terhadap peserta didik. Pada kegiatan PPL II di SMKN 15 Bandung, fase Empathize diterapkan dengan wawancara dua peserta didik berkemampuan tinggi dan dua peserta didik berkemampuan rendah. Pendekatan ini membantu pendidik memahami kebutuhan dan keinginan peserta didik secara lebih seimbang dalam proses pembelajaran.

Topik 3: Fase Define - Merumuskan Tujuan dengan Design Thinking

          Fase Define dalam Design Thinking adalah tahap lanjutan dari fase Empathize. Fase Define dalam Design Thinking adalah langkah penting yang mengubah wawasan empatik menjadi masalah yang jelas dan tujuan yang spesifik. Dengan merumuskan tujuan yang SMART dan menetapkan kriteria keberhasilan, pendidik dapat memastikan bahwa solusi yang dikembangkan relevan dan efektif dalam meningkatkan pengalaman belajar peserta didik. Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam mengatasi masalah secara sistematis tetapi juga mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Topik 4: Fase Ideate - Melahirkan Gagasan Inovatif untuk Rancangan Pembelajaran

          Fase Ideate dalam Design Thinking adalah tahap esensial untuk melahirkan gagasan inovatif yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. Melalui brainstorming, mind mapping,  dan role-playing, pendidik dan peserta didik dapat menghasilkan berbagai solusi kreatif untuk masalah pembelajaran yang telah didefinisikan. Tahap ini tidak hanya mendorong kreativitas dan inovasi, tetapi juga meningkatkan keterlibatan peserta didik dan memupuk keterampilan kolaborasi serta berpikir kritis. Dengan demikian, fase Ideate membantu menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan inspiratif, di mana setiap peserta didik dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Topik 5: Fase Prototyping dan Testing - Mengembangkan dan Menguji Rancangan Pembelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun