Tak heran jika kita menemui anak-anak yang sedang bermain, baik di rumah, sekolah, atau di tempat umum. Bermain merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari anak. Menurut Piaget, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, sehingga banyak anak-anak yang melakukannya. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa sejauhmana bermain dapat memengaruhi anak.
Menurut Aristoteles, kita perlu memotivasi anak untuk bermain permainan yang akan ia tekuni di masa depan. Seperti anak yang bermain balok-balokan, ketika dewasa ia akan menjadi arsitek. Anak yang suka menggambar, kelak ia akan menjadi pelukis, dan permainan-permainan lainnya.Â
Menurut Herbart Spencer, anak bermain karena ia memiliki energi yang berlebihan yang sering dikenal dengan teori Surplus Energi. Anak yang bermain merupakan manifestasi dari energi yang ada dari dalam diri anak. Bermain bertujuan untuk mengisi kembali energi seseorang anak yang telah melemah.Â
Berbicara tentang bermain, Mildred Bernice Parten, seorang sosiologis dan peneliti di University of Minnesota's Institute of Child Development, mengemukakan enam tahapan bermain anak usia dini. Apa sajakah itu?
1. Unoccupied PlayÂ
Permainan tanpa kesibukan membantu mereka belajar mengembangkan keterampilan motorik dan menguasai tubuhnya. Seperti saat anak memegang barang, lalu membuangnya.
2. Solitary PlayÂ
Anak bermain sendiri tanpa memperhatikan anak-anak di sekitarnya. Kebanyakan orang tua akan khawatir karena anak kurang bersosialisasi. Namun, ini adalah hal yang wajar, karena mereka sedang menjelajahi lingkungan mereka melalui percobaan dan penemuan.
3. Onlooker Play
Anak duduk santai dan asyik menonton anak-anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain, hanya sebagai penonton. Ini adalah tanda awal anak menunjukkan minat pada apa yang sedang dilakukan orang lain.