Lalu bapak itu menimpali, "saya hanya mengambil hak saya mbak, saya sudah pesan kursi ini untuk saya pulang kerja dan kenapa malah orang lain yang menempati?".Â
Tak mau kalah perempuan itu menjawab, "bapak kan laki-laki, masa gak kuat berdiri? hargai emansipasi saya pak. saya perempuan, seharusnya ngalah dong" ucap lantang perempuan tersebut tanpa memperhatikan bapak-bapak yang terlihat capai sehabis pulang kerja
Kami yang memperhatikan sedari tadi ikut melongo karena ada perempuan selancang ini. padahal ini bukan soal emansipasi tapi ini soal hak milik orang lain.
Petugas Keretapun akhirnya ikut turun tangan, "mbak kursi ini punya bapak ini. mohon untuk mengikuti aturan dari kami. mbak bisa mencari tempat duduk yang kosong di gerbong kereta makan. atau jika ada penumpang yang turun mbak bisa duduk di kursi kosong tersebut. Kalau mbak tetap bersikukuh duduk di tempat ini, mohon maaf mbak ini sangat mengganggu orang lain dan mbak bisa kami turunkan di stasiun selanjutnya".
Deg! perempuan itu berdiri dan memelototi semua mata yang menatapnya lalu pergi sambil bergumam sendiri.Â
Saya jadi berpikir, sehilang arah itukah kaum saya? sehingga ia tidak tau mana emansipasi yang harus mereka perjuangkan dan mana hak milik orang lain?.
Ataukah emansipasi-emansipasi perempuan yang selama ini diperjuangkan sudah menjadikan mereka terlena sampai kebablasan sehingga membuat mereka kehilangan arah?. Ayo para puan! kita telaah lagi bersama-sama {}
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H