Mohon tunggu...
Laila Bayyinah
Laila Bayyinah Mohon Tunggu... Guru - Menulis sebagai bentuk hidup

Menulis untuk hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa KKN-60 Universitas Jember Kenalkan Belajar Asik di Tengah Pandemi

20 Agustus 2020   12:16 Diperbarui: 20 Agustus 2020   12:12 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Siswa MI Miftahul Ulum 02. Dokpri.

"Back to Village" merupakan tema yang digunakan Universitas Jember untuk KKN tahun 2020 pada periode 2. Pelaksanaan KKN ini dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan sebagai salah satu cara memutus rantai virus covid-19. Sebanyak hampir 4000 mahasiswa diterjunkan ke daerah masing-masing untuk melaksanakan KKN mandiri.

Kegiatan mengabdi pada masyarakat itu dilaksanakan selama 45 hari, yakni mulai 1 Juli sampai 14 Agustus 2020. Terdapat lima topik dalam KKN "Back to Village", yaitu program pemberdayaan wirausaha masyarakat terdampak covid19, program inovasi teknologi/informasi dalam penanganan covid19, program pemberdayaan bumdes/jaring pengaman desa penanganan covid19, program inovasi pendukung pembelajaran anak sekolah saat covid19, dan program kemanusiaan pencegah covid19.

Laila Bayyinatul Musdika Alfi, mahasiswa KKN yang diterjukan di Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Di klompok 60, mahasiswa yang akrab disapa dengan nama Dika tersebut memilih topik Program Inovasi Pendukung Pembelajaran Anak Sekolah Saat Covid19 yang fokus pada permasalahan pembelajaran yang diakibatkan oleh Covid19.

Untuk itu, Dika (22) mencari solusi agar dapat diterapkan oleh masyarakat Desa Klompangan khususnya bagi siswa dan guru. Dengan adanya program KKN ini Dika berharap selain dapat menyelesaikan program kuliah juga dapat membantu desanya mengatasi masalah yang diakibatkan oleh Covid19 khususnya dalam bidang pendidikan.

Gambar 2. Mahasiswa KKN & Guru. Dokpri.
Gambar 2. Mahasiswa KKN & Guru. Dokpri.
Kegiatan dimulai dari mencari tahu keadaan pendidikan Desa Klompangan dengan mendatangi rumah guru terdekat, yang kemudian menjadi acuan penyusunan program kerja. Bekerja sama dengan guru MI Miftahul Ulum 02 yaitu Azizah (50) yang kebetulan merupakan wali kelas 2a untuk menyelesaikan program kerja yang telah disusun.

Tidak jauh berbeda dengan sekolah lain, lembaga pendidikan di Desa Klompangan juga harus melaksanakan pembelajaran melalui daring. Hal ini dikarenakan himbauan dari pemerintah yang masih tidak memperbolehkan sekolah untuk melakukan kegiatan seperti biasa di sekolah. Namun, pemberlakuan sistem tersebut menimbulkan beberapa kendala bagi masyarakat Desa Klompangan, diantaranya adalah kurangnya pemahaman dalam penggunaan teknologi karena tidak terbiasa dengan sistem daring.

Keterbatasan dalam sarana dan prasarana, seperti tidak memiliki gadget atau HP android juga sinyal internet yang tidak memadai, Biaya yang dikeluarkan orang tua semakin bertambah karena pemakaian kuota internet yang melebihi kebiasaan sebelum diberlakukan sekolah daring.

"Kan tidak semua orang tua murid dari kalangan berada mbak. Kok buat kuota, untuk membayar LKS itu lo sekolah membolehkan nyicil agar semua bersedia membeli. Bukan Cuma itu, saya sendiri juga kepikiran ketika hanya memberi materi melalui wa, gk plong gitu mbak. Kepikiran murid benar-benar paham apa hanya iya-iya saja karena malas bertanya, kalok sekolah biasanya kan kelihatan siapa saja yang belum paham dari wajah-wajahnya." ujar bu Azizah ketika ditemui di rumah beliau saat observasi pertama. Dari masalah tersebut muncul pengenalan pendukung pembelajaran sekolah secara daring yang ramah untuk guru maupun siswa.

Tidak sembarangan mengenalkan media pembelajaran daring, Dika sebagai mahasiswa KKN harus memikirkan secara matang media yang diperkenalkan dengan berulang kali bertemu dengan bu Azizah juga konsultasi kepada Ir. Sundahri, PGDip.Agr.Sc., M.P. sebagai dosen pembimbing lapang yang sering berpesan "percuma jika inovasinya bagus tetapi tidak dapat diterapkan" yang pada akhirnya terbentuklah program kerja pengenalan google form untuk guru dan murid, serta pengenalan film edukasi anak.

Ternyata google form sudah tidak asing dikalangan guru namun masih belum digunakan secara maksimal, serta tidak banyak yang mengetahui cara pembuatannya, melalui pelatihan yang dilaksanakan mahasiswa KKN kepada satu guru dapat membantu guru satu sekolah mengerti cara pembuatan serta manfaat lain dari google form sebagai pembelajaran.

Pengenalan film edukasi anak yaitu "Nussa dan Rara" telah diketahui oleh siswa namun sedikit yang dapat mengaplikasikan sebagai pembelajaran, sehingga dengan adanya arahan dari mahasiswa KKN siswa MI Mifathul Ulum dapat lebih "peka" terhadap ilmu yang ingin disampaikan oleh film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun