Mekanisme kerja ASEM berjalan melalui tiga tahapan yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kemudian ASEM Foreign Ministers Meeting (AFMM) dan terakhir Senior Officials Meeting (SOM).Â
Adapun materi pembahasannya mencerminkan isu-isu internasional, regional maupun kasus-kasus tertentu yang memiliki muatan politis tinggi serta berdampak besar terhadap kepentingan stabilitas keamanan, perdamaian dan kesejahteraan global.
Sebagai bagian dari negara Asia, peran Indonesia dalam ASEM cukup menonjol. Indonesia beberapa kali menjadi tuan rumah dalam pertemuan ASEM, selain itu Indonesia telah menjadi co-sponsor dan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program ASEM di ketiga pilarnya. Indonesia juga berhasil memprakarsai kerja sama di bidang kepemudaan dan berhasil menangani kerjasama pendidikan ASEM dalam kapasitas sebagai tuan rumah AES pada periode 2013-2017.
Sehubungan dengan hal diatas, maka Ukraina membangun diplomasi pertahanan dengan Indonesia sebagai upaya bergabung dalam keanggotaan Asia-Europe Meeting (ASEM). Untuk bergabung dalam keanggotaan, keputusan mengacu pada kelompok dari Eropa, kemudian pada kelompok dari Asia. Jadi ada satu prosedur yang memang harus dilalui oleh Ukraina di dalam mengajukan diri sebagai anggota di dalam ASEM, dan semuanya sedang dalam tahap proses.Â
Dalam KTT ASEM 2017, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyinggung terkait perhatian mitra ASEM terhadap isu yang terjadi di Ukraina. Menlu RI mengajak seluruh negara mitra ASEM untuk menaruh perhatian secara khusus dan kritis terhadap upaya dan keinginan Ukraina untuk bergabung sebagai mitra dalam ASEM (3).Â
Amerika Serikat dan Uni Eropa berencana memaksakan kehendaknya dengan mendukung keanggotaan Ukraina sebagai anggota forum ASEM dalam Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) ASEM selanjutnya.Â
Namun setelah menelusuri latar belakang konflik yang dimiliki oleh Ukraina, Indonesia dan negara mitra ASEM lainnya sepakat menolak usulan bergabungnya Ukraina ke dalam mitra ASEM mengingat persoalan-persoalan kritis yang terjadi di Ukraina belum sepenuhnya selesai sampai saat ini akan dibawa ke forum ASEM.Â
Selain itu, Ukraina juga mendukung gerakan separatisme suku Tatar Krimea yang beragama Islam yang merupakan hal sensitif bagi beberapa negara mitra ASEM. Hal ini tentunya dapat mengancam solidaritas dan kekompakan para mitra ASEM yang selama ini telah terjalin. Apalagi pemberantasan terorisme dan radikalisme dalam segala bentuk interpretasinya sangat ditegaskan dalam forum KTT ASEM sebelumnya.Â
Selain itu, Indonesia juga mengetahui maksud dan tujuan AS dan Uni Eropa mendukung keinginan Ukraina untuk bergabung dalam keanggotaan ASEM yaitu untuk dijadikan alat politik luar negeri AS untuk mencapai kepentingannya dalam forum ASEM.Â
Sebagai pemilik kebijakan luar negeri bebas aktif, Indonesia sudah seharusnya menentang usulan Ukraina untuk bergabung dengan ASEM. Selain dijadikan sebagai alat politik AS, hal ini sama sekali tidak menguntungkan bagi Indonesia dan negara mitra lainnya.Â
Jika dianalisis lebih jauh, Amerika Serikat akan memanfaatkan keanggotaan Ukraina untuk melawan musuh utamanya di panggung internasional yaitu Rusia. Kemudian apabila Ukraina membawa persoalannya untuk dibahas ke dalam forum ASEM, maka tidak dapat dipungkiri forum tersebut akan berpindah menjadi arena peperangan antara Rusia dan Ukraina yang telah mendapat dukungan AS dan Uni Eropa.Â