Korupsi seakan menjadi penyakit kronis yang terus membayangi sistem pemerintahan di negara kita. Dari waktu ke waktu, media massa sering kali menyoroti penangkapan aparat pemerintahan tingkat tinggi yang terlibat korupsi. Namun, tak jarang kasus-kasus ini justru hilang bak ditelan bumi setelah gaung pemberitaan awalnya mereda. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendalam: mengapa banyak kasus korupsi yang tidak jelas ujungnya?
Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mencoba mendata berapa banyak aparat pemerintah tingkat tinggi yang tertangkap korupsi dalam beberapa tahun terakhir. Dari data yang tersedia di media dan laporan lembaga antikorupsi, angka ini sangat mengkhawatirkan. Mulai dari kepala daerah hingga menteri, daftar nama pelaku korupsi di jajaran pemerintahan terus bertambah. Ironisnya, meskipun ada penangkapan besar-besaran, efek jera tampaknya masih jauh dari harapan.
Lebih mengkhawatirkan lagi adalah banyaknya kasus korupsi yang menguap begitu saja. Dalam pemberitaan awal, kasus-kasus ini kerap menyita perhatian publik dengan janji pengusutan yang tuntas. Namun, seiring waktu, kasus-kasus tersebut perlahan tenggelam, bahkan hilang tanpa ada kabar lanjutan. Beberapa bahkan lenyap dari ingatan masyarakat karena tak lagi dibicarakan oleh media maupun aparat penegak hukum.
Apa penyebabnya? Salah satu faktor utamanya adalah lemahnya transparansi dalam proses penegakan hukum. Banyak kasus yang mandek di meja penyidikan atau bahkan ditutup tanpa alasan jelas. Hal ini diperparah dengan pengaruh politik yang sering kali masuk ke ranah hukum, membuat beberapa kasus menjadi kebal terhadap penyelesaian yang semestinya.
Selain itu, keberpihakan media massa juga menjadi sorotan. Tidak sedikit yang menilai bahwa beberapa media berhenti mengangkat kasus tertentu karena tekanan atau pengaruh dari pihak-pihak berkepentingan. Padahal, peran media sebagai penjaga demokrasi sangat vital dalam memastikan bahwa kasus-kasus korupsi ini tetap berada di radar perhatian publik.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, masyarakat harus terus kritis dan aktif mengawal kasus-kasus korupsi. Media sosial kini menjadi alat yang sangat efektif untuk menyuarakan opini dan menuntut transparansi. Kedua, lembaga penegak hukum harus berkomitmen penuh untuk menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Peningkatan sistem pengawasan internal di lembaga pemerintahan juga penting untuk meminimalkan potensi korupsi sejak awal.
Korupsi adalah musuh bersama yang harus kita lawan dengan segala cara. Kita tidak boleh diam atau mengabaikan fenomena ini, apalagi jika ada indikasi bahwa keadilan hanya menjadi sekadar janji kosong. Sebagai warga negara, kita memiliki tanggung jawab untuk terus mengawal transparansi dan menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang diberi amanah untuk memimpin. Dengan bersatu, kita bisa mencegah agar kasus-kasus korupsi tidak lagi hilang begitu saja dari ingatan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H