Ditulis oleh : Laila, Mahasiswa aktif Universitas Airlangga
Baru-baru ini publik ramai membicarakan nama Bima Yudho Saputro, seorang TikToker dengan akun @awbimaxreborn. Pada 7 April 2023, Bima yang merupakan seorang pemuda warga negara Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Australia, mengunggah video tayangan berjudul "Alasan Kenapa Lampung Tidak Maju"
Video tersebut menyebutkan beberapa alasan seperti jalan yang rusak, infrastruktur yang tidak terawat, sistem pendidikan yang buruk. Video tersebut yang berdurasi 3 menit 28 detik nyatanya mendapat dukungan dari warga Lampung yang setuju dengan pendapat Bima. Terkait viralnya video Bima, Ketua DPRD Provinsi Lampung Mingrum Gumay mengaku enggan memberikan tanggapan. Adapun poin-poin yang disampaikan Bima terkait kritiknya terhadap provinsi Lampung yaitu:
1. Jalanan yang rusak
Pada poin pertama, Bima menegaskan bahwa jalan merupakan infrastruktur yang paling umum untuk mobilisasi ekonomi masyarakat. Namun, Bima mengungkapkan banyak jalan di Lampung yang rusak dan tidak diperbaiki. Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat kemajuan Lampung.
"Gua sering bahas jalan karena jalan itu kayak infrastruktur yang paling umum dan untuk mobilisasi ekonomi di Lampung, tapi jalan-jalan di Lampung tuh kayak 1 KM bagus, 1 KM rusak terus jalan ditempel tempel doang, ini apa sih, ini pemerintah main ular tangga atau apa," ujar Bima dalam videonya.
Hal ini turut dibuktikan oleh warga lampung sendiri yang merekam kondisi real jalanan yang rusak di Lampung sehingga jalanan menyebabkan rawan kecelakaan dan pembegalan karena tidak ada satupun lampu yang menerangi.
2. Pembangunan Kota Baru yang mangkrak
Poin yang kedua yakni pembangunan Kota Baru yang terhenti di Lampung. Bima mengatakan, pembangunan kota baru di Lampung selatan telah menelan biaya miliaran rupiah. Namun, konstruksi terhenti dan tidak terdengar lagi kabarnya.
"Contohnya Kota Baru itu dari zaman gua SD sampe sekarang gua nggak pernah denger kabarnya lagi, itu aliran dana dari pemerintah pusat itu ratusan miliar, dan gua nggak tau tuh sekarang udah jadi tempat jin buang anak kali," celetuknya.
3. Sistem Pendidikan yang lemah dan Banyaknya SDM yang unggul tetapi tidak menetap di Lampung
Menurut Bima, sistem pendidikan Lampung masih lemah. Bima sendiri tak memungkiri banyak orang di Lampung yang cerdas. Ia menyebut beberapa Menteri yang berasal dari Lampung seperti Erick Thohir dan Sri Mulyan. "Lampung itu ga kekurangan orang pintar, tapi sayangnya orang-orang pintar yang asli dari Lampung, asal dari Lampung, born and raised di Lampung, malah keluar dari Lampung dan memajukan daerah lain atau malah keluar dari negara lain karena tidak diapresiasi." Ujarnya.
Hal inilah yang menyebabkan problem di Lampung yang kemudian menjadikan Lampung diperintah oleh orang-orang yang kurang berkompeten. Adapun salah satu siswa Athlete yang berprestasi tetapi kurang diapresiasi oleh provinsi Lampung dimana mendapatkan dana juara/hadiah yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati sebelumnya, yang seharusnya mendaptkan dana bonus sebesar Rp 3M dipangkas menjadi Rp 1M. Lalu, kemanakah sisa uang tersebut?
Dan juga, menurut Bima, banyak terjadi kecurangan dalam sistem ujian siswa Lampung. Ia juga mengungkapkan bahwa masih banyak praktik rahasia di bidang pendidikan yang menjadi rahasia umum.
" Lampung itu banyak banget orang pintar, cuman proses penyaringan peserta didik yang ada di Lampung itu sendiri itu banyak banget kecurangan. Bahkan yang berkontribusi itu orang-orang yang bekerja di sektor pendidikan, kayak dosen nitipin anaknya, rektor nitipin ponakannya" ujar Bima
4. Banyaknya kasus korupsi dan suap menyuap
Selain itu, Bima mengatakan bahwa Lampung memiliki banyak kasus korupsi di berbagai sektor, penegakan hukum yang lemah, dan birokrasi pemerintahan yang tidak efisien.
"Korupsi itu di mana mana, birokrasi gak efisien, hukum gak ditegakkan, suap di mana-mana sudah kayak makanan sehari-hari," ujarnya
Salah satu contoh kasus korupsi dan suap adalah dibuktikan dengan kasusnya Mantan Rektor Universitas Lampung (Unila), Karomani dituding menerima suap dan gratifikasi senilai Rp6,9 miliar dan S$10.000 dalam kasus suap Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) jalur SNMPTN dan jalur SBMPTN di kampus negeri tersebut.
5. Sektor pertanian yang tidak stabil
Poin yang terakhir adalah pengembangan sektor pertanian di Lampung belum stabil. Bima mengungkapkan Lampung merupakan provinsi yang memiliki banyak hasil pertanian.
Namun, hasil sektor pertanian ini tidak bisa stabil sehingga ada kalanya hasilnya menurun. Padahal Lampung merupakan provinsi lumbung pertanian.
"Tidak bisa dipungkiri Lampung itu salah satu provinsi yang memproduksi banyak banget hasil pertanian kayak jagung, beras ketan, dan lain-lain. Dan kontribusinya di Lampung sendiri itu sampai 40 persen lebih, dan sektor ini tuh vulnerable yah, kayak fluktuatif gitu nggak bisa stabil dan yang set harga kan yang di pusat juga gitu, gua dulu anjlok, kadang-kadang naik gitu," kata Bima
"Eh mohon maaf kadang-kadang bisa kayak kaya raya gitu orang Lampung bisa nyekolahin anaknya ke luar negeri, karena emang sektor pertanian ini sebenarnya kayak main binomo gua rasa," tambahnya
Alih-alih mengemas konstruksi yang belum selesai, tanggapan yang diterima Bima berujung pada Tindakan persekusi yang diterimanya, sehingga ia harus mengajukan visa perlindungan ke Australia. Orang tua Bima yang masih tinggal di Lampung juga sempat terekspos di media sosial terkait demonstrasi yang dilakukan anaknya.
Kritik Bima terhadap negara Lampung seharusnya menjadi pembuka mata bagi pembangunan daerah. Dalam pembangunan, pemerintah harus memperhatikan kebutuhan masyarakat di daerah terpencil. Kritik Bima juga menyoroti peran penting media sosial dalam menginformasikan dan membela kepentingan masyarakat.
Bukankah tindakan Bima sudah tepat dan sangat diperlukan, apalagi saat ini suara rakyat sulit didengar? Jika tindakan Bima salah, langkah apa yang harus diambil untuk mengembalikan suara rakyat? Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara demokrasi di mana setiap warga negara memiliki hak untuk menggunakan hak-hak dasarnya. Rakyat Lampung kemudian mengumumkan suaranya, namun partai yang berkuasa justru menutup mata alih-alih tidak peduli pada rakyatnya. Seharunya, pemerintah harus terbuka dan siap menerima kritik semacam itu. Kritik dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan yang lebih baik lagi.