Mohon tunggu...
La Himmah
La Himmah Mohon Tunggu... Penulis - Be

Positive

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerbung Kembara

28 Juli 2019   21:12 Diperbarui: 28 Juli 2019   21:20 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Haii ini tulisan iseng ga iseng sebenernya. 

Kisah beraliran feminisme yang bercerita tentang keluarga kerajaan yang mengatur seorang putri, Ning Mas Hasri, dengan aturan yang ketat. Ia memiliki hobi memanah dan berkuda kedua hal itu samasekali di luar standar seorang putri raja, dan ia tidak menyukai segala tuntutan-tuntutannya.

Akhirnya ia memutuskan untuk memulai pengembaraannya bersama Gajah, mencari hal yang tidak ia dapatkan di dalam tembok-tembok istana. Ia belajar banyak hal saat hidup menyatu dengan alam, tentang masyarakat dan pola perilakunya, perompak-perompaknya, dan segala hal. Hingga akhirnya ia tersadar bahwa apa yang ia cari selama ini adalah hal yang ia tinggalkan. Istana dan seisinya. Ia baru tau arti mengembara dari Gus Jarda yang ia temui sedang bertapa di atas batu besar, bahwa mengembara sejatinya adalah menemukan jalan kembali ke rumah.

Cerbung Kembara ini memiliki makna filososfis perjalanan seorang manusia yang kembali pada Tuhannya.

Manusia, Ning Mas Hasri, yang notabene hamba Allah. Raden Mas Rahadi dan Raden Sekar adalah tokoh- tokoh dari penggambaran "Aturan Allah" dan hobinya 'memanah&berkuda' adalah sesuatu yang bertentangan dengan aturan tersebut. Ia tidak nyaman dengan aturan-aturan tersebut. 

Seperti manusia yang lebih senang terlelap di saat sepertiga malam dan rasa tidak nyaman saat disuruh shalat, manusia yang lebih senang mendengarkan musik ketimbang Al-Quran.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengembara. Bersama kudanya, si Gajah. Gajah ini penggambaran dari iman yang ditunggangi Ning Mas. Entah menyimpang lebih jauh atau kembali, semua kendali ada pada Ning Mas.

Akhirnya dalam perjalanan ia belajar banyak hal, dari segerombolan perompak, masyarakat-masyarakat sekitar, rumah-rumah yang ia tidak pernah terasa cocok di dalamnya.

Dan akhirnya, ia merasa apa yang ia tinggalkan adalah sesuatu yang sebenarnya ia cari dan pada akhirnya ia pun kembali ke baitullah. Rumah Allah.

di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." [Ali-Imran 3:14]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun