Tadi malam saya dan istri 'tidak sengaja' membeli tas di salah satu pusat perbelanjaan yang sedang mengadakan diskon. Dari situ kami mendapat ilmu matematika diskon, bahwa diskon 50% ditambah 20% artinya diskon keseluruhan adalah 60%, bukan 70%. "Ini setelah didiskon jadi berapa ya harganya Mbak?", tanya saya ke pramuniaga sambil menyodorkan tas seharga Rp 599.000 Â yang di raknya bertuliskan Diskon 50% + 20%. "Ini jadi Rp 239.600", dikatakan oleh sang pramuniaga setelah mengutak atik angka lewat kalkulator yang dipegangnya. Yang mana itu artinya diskon hanya 60%. "Lho, bukannya jadi Rp 180.000 ya Mbak?", tukas saya yang sebenarnya sudah menghitung semenjak melihat label harga. "Enggak Pak, ini diskonnya 60%". "Bukannya 50% tambah 20% jadi 70% ya Mbak?" "Enggak gitu pak, diskon 20%-nya itu setelah diskon 50%". "Ow...", saya bergeming sejenak menimbang. "Ya udah deh Mbak, saya ambil", lanjut saya tak lama kemudian. Setelah itu saya menyelesaikan pembayaran di kasir. Saya baru tau, bahwa dalam dunia perdiskonan tanda tambah dalam display nominal diskon bukan berarti operasi matematika penambahan sederhana pada umumnya, namun itu artinya dilakukan sekuensial alias berurutan setelah operasi pertamanya selesai dihitung. Dengan logika yang sama, berarti jika kita menemukan display sale 50%+50% bukan artinya barang itu diskon 100%, tapi itu adalah bentuk 'kreatif' dari menyatakan diskon 75%. Menarik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H