Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Revolusi Ahok Berlanjut, Retas Jalan Menjadi Presiden, Genapi Ramalan Gusdur

29 Januari 2016   14:37 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 19987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahok semakin fenomenal. Letusan revolusinya menggema, menggetarkan dan mendebarkan. Setelah ia sukses mengumpulkan setengah juta lebih KTP warga DKI Jakarta, ia terus berkilau dengan popularitas tinggi, nyaris 100%. Hasil survey CSIS Januari 2016 menegaskan bahwa popularitas Ahok mencapai 95%. Tingkat elektibilitasnya berada pada angka 45%, jauh mengungguli para penantangnya yang lain seperti Ridwan Kamil (15,75%), Tri Rismaharini (7,75%) dan Abraham Lunggana alias Lulung (2,25%).

Revolusi Ahok telah mulai sejak ia menjadi Bupati Belitung. Lalu ia lanjutkan saat menjadi anggota DPR RI, Wakil Gubernur dan Gubernur DKI. Kini Ahok berencana kembali mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI tahun 2017 mendatang. Kesuksesan Ahok yang non-muslim menjadi Bupati Belitung dan Gubernur DKI Jakarta yang mayoritas muslim, telah membuka mata orang di negeri ini. Ahok telah menjungkir-balikan cara berpikir dan logika mayoritas-minoritas sebelumnya. Seorang Nasrani mampu menarik perhatian publik menjadi pemimpin mereka dengan karakter jujur dan tak mengenal korupsi.

Keberhasilan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta juga telah mengundang daya tarik berbagai media luar negeri untuk meliput seorang Ahok secara khusus. Ahok kemuidan menjelma menjadi magnet menyusul Jokowi sebagai media darling. Jika Ahok kembali berhasil menjadi Gubernur DKI dari jalur independen di tahun 2017 mendatang, maka hal itu benar-benar sebuah revolusi. Ya, sebuah revolusi gaya baru untuk menjadi kepala daerah di negeri ini.

Revolusi Ahok yang dia mulai dari Belitung,  tidaklah selalu mulus. Ia pernah gagal menjadi Gubernur Kepulauan Riau karena dicurangi. Namun Ahok dapat mengubahnya menjadi hoki yang menguntungkan. Ia kemudian mencalonkan diri menjadi anggota DPR di Senayan dari fraksi Golkar. Ia pun sukses terpilih dengan motto “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Menurut Ahok dia sama sekali tidak mampu membagikan sembako, namun jika ia terpilih, ia akan mati-matian membagikan keadilan sosial bagi masyarakat.

Selanjutnya Ahok bagai kutu loncat melompat dari Golkar ke Gerinda untuk memburu posisi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Kemesraannya dengan Prabowo, daya magisnya di hadapan Mega dan kecocokannya dengan Jokowi telah membuka jalan revolusinya di ibukota negara. Ia pun dipercaya mendampingi Jokowi memimpin DKI sebagai wakil Gubernur. Di sana revolusi Ahok mulai mendapat titik terangnya.

Takdir Jokowi yang berhasil menjadi Presiden RI, telah melapangkan jalan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. Ia kemudian meneruskan revolusinya dengan amat galak, keras dengan kombinasi kasar namun cerdik. Ia langsung mengobrak-abrik ego dan super ego para anggota DPRD DKI, melawan FPI tanpa kompromi, memberantas korupsi, preman, parkir liar, PKL liar, pemukiman liar dan pungutan liar. Ahok terus mengatasi kemacetan, kesemrawutan, kejahatan, kemiskinan dengan berbagai cara. Setelah anak SD-SMA yang miskin mendapat bantuan lewat KJS, maka pada tahun 2017 mendatang, anak SMA mendapat biaya signifikan dari Pemrov DKI untuk meneruskan kuliah hingga tamat. Itu sebuah terobosan luar biasa.

Dengan tangan besi, Ahok terus merotasi PNS yang malas, tak berproduktif, tak mampu memecahkan masalah dengan menstafkan dan bahkan memecat mereka tanpa ampun. Ahok terus melelang berbagai jabatan di Pemrov DKI Jakarta.  Hasilnya, kinerja PNS DKI di kantor-kantor pemerintah semakin baik. Revolusi Ahok pun tak berhenti tetapi terus berlanjut. Ia terus memaki, menyemprot dan menyerang mereka yang menjadi ‘tikus-tikus’ uang negara tanpa ampun .

Menjelang Pilkada DKI 2017, Ahok bahkan semakin galak. Anehnya kegalakan Ahok itu yang jauh dari kata ‘santun’ justru menjadi iklan tersendiri untuk menambah popularitasnya. Ia kemudian berhasil menciptakan banyak musuh dan para penantang baru untuk melengserkan dirinya dari kursi gubernur DKI. Para Ahok pun muncul-lenyap dengan berbagai alasan. Ada yang mau menantang Ahok karena kebakaran jenggot, malu, gertak gigi dan cemburu.

Berbagai perlawanan dengan memakai isu SARA pun terus diarahkan kepadanya. Namun popularitas Ahok bukan semakin pudar, malah semakin berkibar hingga sekarang Ahok menjelma menjadi seorang petarung hebat bagai raksasa. Hasilnya, para penantang Ahok yang muncul di permukaan sekarang terlihat amatir, bagai kunang-kunang, sebentar muncul, sebentar hilang lalu lenyap begitu saja. Ahok terlihat lebih superior jika disandingkan dengan calon gubernur macam Adyaksa Daud, Nachrowi, Lulung, Taufik, Tantowi Yahya, Risma, Sandiago Uno dan Rhoma Irama. Para penantang itu  terlihat seperti ‘ayam sayur’ kemarin sore ketika berhadapan dengan Ahok. Andaikan para penantang Ahok itu pun bergabung maka Ahok tetap terlihat lebih superior. Itulah sosok Ahok. Ia semakin lama semakin berevolusi dengan revolusinya yang semakin menggetarkan.

Keperkasaan Ahok menjelang Pilkada 2017 baik di mata kawan maupun lawannya, sebetulnya tidak lepas dari petuah-petuah yang didapatnya dari Gusdur. Gusdur adalah mahaguru bagi Ahok.  Gus Dur yang sangat dikagumi Ahok pernah meramalkan bahwa Ahok menjadi Gubernur suatu hari di suatu wilayah. Hal yang kemudian menjadi terbukti setelah Gus Dur mangkat. Ahok berhasil menjadi Gubernur.

Ucapan-ucapan Gusdur yang menyiratkan bahwa Ahok suatu hari juga bisa menjadi pemimpin negeri ini telah memotivasi Ahok. Iapun telah membuktikan ramalan Gusdur itu. Namun Ahok ingin menggenapi ramalan Gusdur itu dengan menjadi Presiden RI. Jika itu tercapai maka ramalan Gus Dur akan dirinya menjadi sempurna tergenapi. Karena itu Ahok pun terus meniti jalan untuk menggenapi ramalan itu dengan terus berevolusi menelurkan revolusinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun