Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pertarungan Sengit China-Jepang Berebut Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, Kecerdikan Jokowi dan Gagal Paham Publik

12 Agustus 2015   09:13 Diperbarui: 12 Agustus 2015   18:30 3324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Persaingan China-Jepang selalu panas"]Proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung menjadi ajang perebutan dua raksasa ekonomi nomor dua dan tiga dunia: China dan Jepang. Proyek ini menjadi rebutan yang cukup sengit antara dua negara. Sebelumnya persaingan antara China-Jepang dalam menggarap proyek kereta api itu, berlangsung senyap di belakang layar. Namun dalam sepekan ini persaingan kedua negara itu muncul di permukaan dengan lobi-lobi tingkat tinggi yang tampak nyata dan jelas.

Semula proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung ini tidak mendapat perhatian serius dari Jepang saat masa pemerintahan Presiden SBY. Jepang sendiri telah mengatakan bahwa tidak termasuk dalam skala prioritas dengan beberapa alasan. Namun proyek ini kembali muncul tiba-tiba saat pemerintahan Joko Widodo. Hal itu dipicu oleh keinginan China yang berinisiatif menawarkan diri untuk menggarap proyek ini plus pembiayaan.

Jepang yang merasa terlena dan disalip oleh China atas proyek kereta api super cepat itu, tiba-tiba bangun dari tidur. Jepang langsung tancap gas dan melakukan lobi-lobi intensif kepada Presiden Joko Widodo agar Jepang saja yang menggarap proyek itu. Dalam hitungan minggu, lobi-lobi dari pejabat Tiongkok dan Jepang sangat intensif ke berbagai pihak termasuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

Nampak jelas ada persaingan sengit antara kedua negara dalam menggarap proyek kereta api itu. Tujuannya jelas. Kedua negara ingin meraih pangsa pasar yang lebih luas untuk industri kereta api cepat. Bagi kedua negara, Indonesia bisa menjadi patokan dasar dalam keberhasilan mereka memasarkan proyek kereta api super cepat itu. Jika salah satu negara berhasil menggarap kereta api super cepat di Indonesia, maka mereka semakin yakin untuk memasarkannya kepada negara lain.

Bagi China-Jepang, posisi Indonesia sangat strategis. Indonesia menjadi medan unjuk kekuatan China-Jepang dalam menerapkan teknologi tinggi. China dan Jepang akan menunjukkan kepada negara lain kehebatan superiotasnya lewat teknoplogi kereta api cepat di kawasan Asia-Pasifik. Hal itu juga menjadi tambahan kekuatan dalam unjuk kehebatan terutama menyangkut persoalan geopolitik Laut China Selatan.

Dalam perspektif China-Jepang, lobi-lobi tingkat tinggi yang dilakukan oleh para pejabatnya juga sangat menentukan siapa yang keluar sebagai pemenang. Tentu saja urusan teknis seperti tawaran pembiayaan, pelatihan, alih teknologi, pembagian keuntungan dan hal-hal lain terus dibicarakan. Sampai sekarang lobi hingga tingkat menteri pun masih terus dilakukan.

Kecerdikan Jokowi

Melihat kedua negara bersaing sengit dalam menarik perhatian Indonesia, maka Jokowi melakukan manufer. Jokowi menunjuk tim independen dari Jerman dan Perancis untuk menilai hasil dari studi kelayakan masing-masing pihak berikut teknologi kedua negara dalam proyek kereta api super cepat. Tim independen ini juga akan menilai prospek proyek ini ke depan dalam era keterbukaan ekonomi.

Bagi Jokowi, dengan persaingan antara China dan Jepang, Indonesia akan mendapat keuntungan dengan mendapat tawaran yang kompetitif. Namun keuntungan itu juga membuat Indonesia berasa pada posisi sulit. Indonesia tidak bisa mengabaikan salah satu negara begitu saja karena baik China dan Jepang, sangat dibutuhkan Indonesia dalam berbagai bidang.

Maka Jokowi pun membutuhkan waktu untuk menimbang-nimbang tawaran kedua negara. Sebelum mengambil keputusan, Jokowi terus mencermati soal anggaran termasuk jika melibatkan pembiayaan dari APBN yang kemudian pasti akan membebankan. Jokowi juga terus melakukan hitung-hitungan keuntungan dan kerugian jika proyek kereta api super cepat itu sepenuhnya dibiayai oleh China atau Jepang dan dengan demikian menjadi utang Indonesia. Jokowi tidak akan mengesampingkan juga kemungkinan terburuk jika ke depan proyek itu menjadi gagal sementara biayanya terlanjur menjadi utang Indonesia.

Tampaknya waktu pengumuman pemenang proyek kereta api super cepat itu makin dekat. Karena itu kedua negara bersaing dengan sengitnya. Mereka beradu lobi, tawaran dan aneka hal menarik lainnya. Mereka terus memberikan tawaran sampai detail-detailnya agar keluar sebagai pemenang. Akankah kedua negara akan bekerja sama dalam membangun proyek itu? Ataukah China yang dipilih Jokowi karena akhir-akhir ini Jokowi terlanjur kasmaran sama China? Atau Jepang yang teknologinya telah teruji, namun banyak syaratnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun