Pasangan cagub dan cawagub Ahok-Djarot dipastikan akan didukung oleh PDIP. Dari bocoran internal PDIP, telah ada keputusan final untuk mendukung Ahok-Djarot. Itulah sebabnya sore ini (20/9) Hasto Kristyanto meminta Ahok agar mengosongkan jadwalnya. Sebelumnya Bendahara PDIP, Olly Dondokambe, telah berani mengatakan bahwa pasangan yang akan diusung PDIP akan mengarah kepada incumbent. Dari sinyal sangat kuat itu, bisa dipastikan bahwa PDIP secara final telah memutuskan untuk mendukung Ahok-Djarot.
Dengan keputusan final PDIP itu, adrenalin menegangkan panasnya Pilkada DKI berakhir dengan manis bagi Ahok. Ahok yang sebelumnya dihantam, dikeroyok, dan dijegal habis-habisan dari berbagai lini, kini dipastikan semakin kokoh dan ikut bertanding. Nasib Ahok yang sebelumnya diprediksi di ujung tanduk. Hal yang ditakutkan adalah ketika PDIP misalnya berbalik mendukung Risma, maka akan ada pertarungan sengit di PIlkada DKI. Juga apabila salah satu partai pengusung Ahok mencabut dukungannya, bisa dipastikan nasib Ahok akan tamat seketika. Tetapi itu tinggal kisah derita masa lalu. Kini Ahok telah berbalik di atas angin.
Ibarat naik mobil SUV Mercy, Ahok kini melaju mulus di jalan tol. Ia bisa menanjak di jalan terjal, bak meteor di padang pasir dan tangguh di jalan berlumpur. Dengan maju lewat empat partai, kendaraan yang ditumpangi Ahok sangat kuat, kokoh, tahan banting, dan telah teruji di segala medan.
Dukungan yang diperoleh Ahok dari dua partai besar, yakni PDIP dan Golkar, amat sangat menentukan. Dua partai ini jelas masih sangat berpengaruh di Indonesia saat ini. PDIP adalah partai pemenang pemilu, partai yang berkuasa saat ini, partai akar rumput yang sudah tahan banting dan tahan uji di bawah pimpinan Megawati. Dengan mendukung Ahok di Pilkada DKI kali ini, jutaan kader partai ini akan mendukung Ahok sepenuhnya.
Selain didukung oleh PDIP, Ahok juga didukung oleh Golkar. Golkar adalah partai penguasa Orde Baru selama 32 tahun dan partai pemenang pemilu nomor dua pada pemilu legistalif 2014 yang lalu. Partai ini sangat berpengalaman memenangkan pertempuran politik. Golkar paham betul bagaimana memenangkan sosok yang diusungnya menang. Sekaligus partai ini juga paham bagaimana menangkis serangan-serangan masif yang bersifat SARA dari ormas-ormas keagamaan fanatik.
Dengan kolaborasi PDIP dan Golkar serta tambahan amunisi dari partai Nasdem dan Hanura, perjalanan Ahok untuk kembali menjadi gubernur DKI periode kedua semakin terbuka lebar. Keempat partai ini akan bahu-membahu memenangkan Ahok di Pilkada DKI mendatang. Itulah sebabnya kendaraan politik Ahok dapat diumpamakan kendaraan Mercy yang legendaris di berbagai belahan dunia. Keempat partai ini ke depan akan mampu mengerahkan jutaan kadernya di DKI berkabolarasi satu juta Teman Ahok untuk memenangkan Ahok.
Lalu bagaimana dengan lawan-lawan Ahok yang bakal diusung oleh keenam partai lainnya?
Siapa pun lawan Ahok yang diusung oleh partai pengusungnya, harus tetap dihormati dan diwaspadai. Para pendukung Ahok tidak boleh sembarangan mengecilkan peluang lawan Ahok. Siapa pun lawan Ahok di PIlkada DKI 2017 mendatang akan tetap berpeluang untuk menang.
Jika Ahok mengendarai SUV Mercy, para lawan Ahok saya ibaratkan mengendarai bus Kopaja-Metromini. Mesin bus ini terkenal bandel, kokoh, dan kuat dan amat lagendaris di Ibu Kota Jakarta. Kopaja dan Metromini dikenal sebagai raja jalanan dengan suara mesinnya yang selalu meraung-meraung dan memekakkan telinga.
Dengan mengendarai bus Kopaja-Metromini, lawan Ahok akan melaju kencang 80 km di jalan tol dan menghadang laju Mercy dengan kecepatan 200 km/jam. Bus ini pun bisa melintas di jalan berlubang, kondisi jalan banjir. Itu jelas lebih unggul dibanding dengan Mercy. Dengan penumpangnya yang bau keringatnya bervariasi, para lawan Ahok sambil bergelantungan dapat memaksa bus ini naik trotoar, mengabaikan lampu lalu lintas dan nekat melawan arus demi mencapai tujuannya.
Kekuatan gabungan lawan Ahok yang diusung oleh keenam partai Gerinda, PAN, PKB, PD, PPP, dan PKS akan mampu membangkitkan tenaga Kopaja-Metromini mengalahkan SUV Mercy-nya Ahok. Jika mogok sekalipun, lawan Ahok yang sudah seia sekata asal bukan Ahok bisa beramai-ramai mendorongnya di jalan raya.