Mengapa ketua DPD, Irman Gusman, korupsi? Jika alasannya karena dia miskin dan butuh sesuap nasi di perutnya, maka alasan itu konyol benar. Pasalnya, harta Irman Gusman sudah membukit. Data di KPK menyebutkan bahwa harta Irman Gusman saat dilaporkan hampir mencapai Rp 32 miliar plus duit cash 40 ribu dollar Amerika.
Saya kemudian melacak alasan lain Irman Gusman korupsi. Ah, jangan-jangan karena gajinya di kursi ketua DPD sana hanya Rp 300 ribu atau sama dengan gaji guru honor sekolah swasta di pedalaman Sumatera sana. Itu pun kadang-kadang ditukar dengan beras dan jagung bagi guru yang bersangkutan. Ternyata gaji Irman Gusman (IG) tembus level Rp 133 juta perbulan. Astaga gaji sebesar itu masih kurang?
Lalu apa alasan IG korupsi? Saya ingat jabatan dan kesempatan yang dimiliki Irman Gusman. Jabatan IG sebagai ketua DPD cukup mentereng. Walaupun kerjanya sebagai ketua DPD abu-abu, alias tidak jelas, namun ia diketahui banyak menerima tamu-tamu berhaha-hehe di rumah dinasnya. Ternyatanya jabatan ketua DPD bisa laku juga bagi para pengusaha. Oh sedapnya.
Jabatan IG sebagai ketua DPR bisa dimanfaatkan untuk melobi pihak kementerian pertanian untuk menambah kuota impor gula sekaligus bisa mengarahkan perusahaan yang sudah kong kali kong memenangi tender. Simple bukan? Dan karena IG tidak banyak kerjaan, maka ada banyak waktu untuk diskusi dari barat sampai ke timur, dari utara sampai ke selatan dengan banyak pihak. Kesempatan berhaha-hehe ini dihargai tamunya berupa amplop berisi duit. Haha hehe, bisa mendatangkan duit bro.
Lalu pertanyaannya mengapa IG masih mau menerima amplop sebagai ucapan terima kasih atas bantuannya? Apakah IG tidak paham bahwa pemberian apapun terkait jabatannya adalah pelanggaran hukum pidana korupsi? Jika IG dikatakan tidak paham, maka alasan itu tidak relevan. IG diketahui dibesarkan dari keluarga pluralis. Dia alumni Universitas Kristen Indonesia dan meraih gelar MBA dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Otaknya cukup berilmu bukan?
Nah pertanyaan lain adalah apakah IG baru mulai belajar korupsi sejak ia menjadi ketua DPD itu? Ah, lagi-lagi jawaban ini juga terlihat meleset. Soalnya, IG diketahui sejak tahun 1999 sudah menjadi anggota MPR, dan sejak tahun 2004 sampai sekarang IG sudah tiga kali menjadi pimpinan DPD. Sebagai bagian dari sindikat Senayan, dimana parlemen Indonesia disebut sebagai salah satu lembaga terkorup Indonesia, maka bisa jadi IG sudah biasa menerima amplop dari sana-sini. Anda bisa karena biasa haha. Tetapi kali ini nasib IG apes benar, ketangkap KPK.
Mungkin alasan lain IG korupsi karena ia berwajah angker, bertutur kata kasar, pongah, judes, tukang fitnah, pro koruptor dan seterusnya. Jadi para pengusaha mau tidak mau harus menghadapnya kalau ada urusan bisnis. Tetapi alasan ini pun tidak relevan. Karena IG adalah sosok santun, murah senyum, bertutur kata halus dan anti korupsi. Sosok santun korupsi juga. Wajah boleh santun, tetapi perilaku boleh bobrok.
IG pun diingat publik sebagai sosok yang setuju jika para koruptor dihukum mati. Apakah IG mau dihukum mati juga karena korupsi? Pasti mau dong, matinya biar terkenal. Berani mati bersama korupsi. Nah, bisa saja salah satu alasan IG melakukan korupsi agar dihukum mati. Jadi dia sudah bosan hidup, bosan bermewah-mewah, bosan dihormati, bosan jabatan DPD. IG ingin mengakhiri hidupnya lebih cepat.
Jika itu benar, apa kata Gayus Tambunan? Gayus saja  Korupsi Rp 1,7 triliun (investigasi majalah Tempo) masih bebas keluar masuk penjara. Kendati Gayus sudah dijatuhkan hukuman total 30 tahun penjara, tetapi ia masih bisa pesiar ke Singapura, menonton badminton di Bali dan makan di restoran hehe. Tentu saja mendengar IG tertangkap, Gayus setengah mati tertawa. Level ketua DPD masih mau korupsi duit 100 juta? Itu kecil amat bro. Benar kata pengacara IG, duit 100 juta bukan level IG. Tetapi faktanya?
Gayus Tambunan dalam penjara di Gunung Puteri, Bogor sana pasti tertawa terpingkal-pingkal. Pak IG, korupsi 100 juta tidak perlu menjadi pejabat selevel ketua DPD. Cukup PNS dengan golongan III-A, maka duit ratusan milliar bahkan triliunan bisa mengalir ke kantong. Jika Gayus Tambunan masih belum dipenjara, mungkin Gayus rela dan ikhlas mengajarkan IG bagaimana caranya korupsi di negeri ini. Soal korupsi, tanya saja Gayus, ahlinya hehe.
Pertanyaan menarik selanjutnya adalah mengapa IG mau embat duit 100 juta itu? Saya melihat alasan yang sederhana. Sejak Jokowi menjadi RI-1, keran korupsi semakin ditutup rapat. KPK juga terus memasang intelijennya mengawasi anggaran. Hasilnya, pejabat semakin sulit korupsi skala besar karena langsung dicegah dan diawasi. Imbasnya permainan kuota impor gula juga semakin dibaca dan diatasi dan hanya bisa di permainkan remah-remahnya saja. Maka para pengusaha pun juga terkena imbas. Kini para pengusaha hanya mampu dan mau menyuap skala kecil 100 juta. Dan karena duit korupsi yang lebih besar sudah tidak ada lagi, maka duit 100 juta pun jadilah.