Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Pro-Rizal Ramli di Masela, Sudirman Said, Inpex dan Shell Telan Pil Pahit

24 Maret 2016   11:26 Diperbarui: 24 Maret 2016   12:02 4343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi dan Menteri ESDM Sudirman Said (Foto: Sindonews.com)"][/caption]Setelah skenario ‘tikus-tikus’ di Masela tersibak, akhirnya Jokowi dapat membuat keputusan paling tepat: kilang blok Masela harus dibangun di darat (onshore). Pengembangan blok Masela lewat skema darat, selain biayanya relatif lebih murah, juga akan memacu pembangunan wilayah Indonesia Timur khususnya tanah Maluku.

Keputusan Jokowi itu menjadi bukti baru bahwa Jokowi sama sekali tidak tunduk pada kepentingan-kepentingan segelintir orang. Lewat keputusan itu dapat dilihat bahwa Jokowi semakin terlihat  keras kepala, teguh dan tegas membela kepentingan rakyat. Walaupun sebetulnya, keputusannya itu sangat logis dan beralasan. Jokowi jelas membela kepentingan rakyat dan bukan kepentingan investor dan para pemburu rente di belakangnya.

Selama berbulan-bulan sebelumnya, Menko Rizal Ramli berseteru dengan Menteri ESDM Sudirman Said soal skema pengembangan blok Masela itu. Sudirman Said bersama kementerian ESDM dan SKK Migas sangat bernafsu membangun blok Masela itu di laut (offshore). Kedua investor baik Inpex maupun Shell nafsunya juga sama. Mereka ingin agar pengembangan blok Masela dilakukan secara terapung di laut. Apalagi keinginan mereka, didukung oleh seabrek data hasil riset dari Trydaya Advisory yang menyarankan agar pengembangan blok Masela agar di lakukan di laut.

Namun gelagat kepentingan dan skenario-skenario bisnis di blok Masela dibaca dengan sangat paham oleh Rizal Ramli. Rizal kemudian mengaum, mengepret dan membuka front perseteruan dengan Sudirman Said. Hasilnya rakyat menjadi tahu apa yang sebenarnya yang terjadi di blok Masela. Maka pantaslah kalau Rizal selayaknya diapresiasi.

Berkat kepretan Rizal Ramli pula, masyarakat jadi tahu soal keberadaan Blok Masela, salah satu blok yang memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia. Cadangannya mencapai 10,73 Trillion Cubic Feet (TCF). Begitu besarnya jumlah cadangan tersebut, hingga Blok Masela juga biasa disebut Lapangan Abadi yang bisa dieksploitasi selama 70 tahun ke depan. Nilai eksploitasinya pun luar biasa mencapai 400 triliun rupiah.

Keputusan Jokowi itu jelas membuat Rizal Ramli bersorak kegirangan. Kepretannya selama ini tidaklah sia-sia dan menemukan kebenarannya. Ia berhasil memberikan masukan berharga  Jokowi sebelum memutuskan nasib blok Masela itu. Mengapa? Karena dalam raungan Rizal Ramli itu terkandung keadilan, pro-Nawacita Jokowi dan sangat memihak rakyat Maluku.

Dengan adanya keputusan Jokowi yang lebih memilih skema di darat, maka hal itu juga menegaskan bahwa selama ini Rizal bukanlah sosok menteri yang asal ngomong, membuat gaduh atau menteri yang sibuk menyerang menteri lain. Rizal telah membuktikan bahwa apa yang dia persoalkan menyangkut kepentingan rakyat dan menghajar mereka yang mempunyai kepentingan terselubung.

Lalu bagaimana posisi Sudirman Said bersama orang di belakangnya pasca keputusan Jokowi itu? Jelas Sudirman Said (SS) terpaksa bersyukur, tetapi syukurannya terasa pahit. Ia jelas kalah telak dari Rizal Ramli (RR). Pun bagi Inpex dan Shell, keputusan Jokowi itu ibarat pil pahit yang mesti ditelan. Keputusan itu juga, telah mendatangkan kekalahan ketiga bagi kubu SS setelah proyek listrik 35 ribu MW plus kasus Freeport. Ke depan, perseteruan RR vs SS akan semakin panas dan membahana.

***

Sebetulnya kita semakin paham bahwa kegaduhan antara menteri di masa Jokowi adalah sesuatu yang lumrah. Berbeda di zaman Soeharto dan SBY, keributan itu sama sekali tidak dibenarkan. Mengapa? Di era Seoharto dan SBY ternyata antara menteri yang satu dengan yang lain, mereka saling melindungi, saling berbagi rata jika ada rezeki besar. Jadi tidak ada yang dirugikan, semua mendapat jatah masing-masing.

Di era Jokowi hal yang sama tidak lagi demikian. Jokowi sama sekali tidak membiarkan ada pembagian jatah di antara menterinya. Ketika ada menteri yang licik plus ngotot untuk ‘bermain’, maka Jokowi akan menggonggong, mengempret dan mengaum lewat menterinya yang lain. Itulah yang kita lihat dalam sosok RR. RR akan terus mengempret jika ada menteri yang sibuk memenuhi ambisi kekuasaan sektoralnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun