Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Istana, Nasdem, Hanura Dukung Penuh Ahok, PKB, PDIP Menyusul, Ahmad Dhani Tamat

27 Maret 2016   05:56 Diperbarui: 27 Maret 2016   07:32 18805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Basuki Tjahaja Purnama dengan jaket berlogo Hanura (Foto: detik.com)"][/caption]Istana sangat berkepentingan mendukung Ahok memerintah kembali ibu kota. Ketika Jokowi menjadi RI-1 yang juga mantan DKI-1 dan pernah bekerja sama dengan Ahok, melihat dengan jelas bahwa Ahok adalah orang yang tepat memimpin ibu kota selama Jokowi ada di istana. Istana dan ibu kota adalah bagai dua sejoli yang sangat penting dipimpin oleh dua orang yang saling mendukung.

Ketika Jokowi menjadi RI-1 akhir tahun 2014 dan Ahok menjadi DKI-1 sejak awal tahun 2015, publik melihat bahwa baru kali ini ada progresif masif penataan wilayah ibu kota. Keinginan Jokowi untuk menata ibu kota lebih cepat sejak menjadi DKI-1 telah semakin menjadi kenyataan di tangan Ahok. Jadi amat terang bahwa keberhasilan Ahok menata ibu kota Jakarta adalah juga keberhasilan Jokowi di tingkat pusat dan Indonesia secara umum.

Pilkada DKI 2017 mendatang, jelas menjadi pertarungan Ahok sekaligus pertarungan istana. Jika Ahok gagal menjadi DKI-1 maka hal itu menjadi pukulan telak bagi istana yang sekarang dikendalikan oleh Jokowi. Jelas dan amat jelas jika ibu kota dipimpin oleh mereka yang tidak sejalan dengan Nawacita Jokowi apalagi kalau menentang Jokowi, maka hal itu menjadi duri dalam daging pemerintahan Jokowi.

Jokowi tidak bisa membayangkan jika sosok Ahmad Dhani memimpin ibu kota. Selain Ahmad Dhani adalah sosok penentang Jokowi pada Pilpres 2014 lalu, juga merupakan sosok artis yang mulai turun tangga dan hanya ingin kembali mengangkat pamornya menjadi politisi mie instan. Apalagi melihat program Ahmad Dhani yang hanya gagah-gagahan, bisa membuat ibu kota kembali dalam situasi ruwet dan mumet.

Jokowi juga tidak bisa membayangkan jika sosok Yusril Ihzra Mahendra berhasil memimpin ibu kota. Yusril adalah salah seorang penentang keras Jokowi. Sosok Yusril yang lihai sekaligus licik dalam perkara hukum, akan sibuk membangun citranya di DKI untuk mengincar kursi RI-1. Yusril tentu akan menjadikan DKI sebagai panggungnya untuk terus menghina Jokowi sebagai presiden yang hanya berkapasitas walikota.

Hal yang sama berlaku bagi cagub Adhyaksa Daud. Sosok yang satu ini terkenal dengan omdonya (omong doang). Publik masih ingat bagaimana etos kerja Adhyaksa saat Menpora di era SBY. Selama menjadi Menpora, ia sama sekali minim gebrakan, minim terobosan dan minim kreativitas. Itulah sebabnya SBY mereshuffle Adhyaksa dengan menggantikannya dengan sosok Andi Mallarangeng yang kemudian terjerat korupsi Hambalang. Jika Adhyaksa Daud menjadi gubernur DKI, maka ia akan kembali memanasi isu-isu SARA terutama terkait agama. Publik masih ingat bagaimana Adhyaksa Daud meminta Ahok mengganti agamanya hanya untuk memperoleh dukungannya.

Lalu bagaimana dengan cagub Sandiaga Uno? Istana melihat bahwa sosok Sandiaga Uno belum bisa meyakinkan publik akan kapasitas dan kredibilitasnya memimpin ibu kota. Benar bahwa ia pengusaha sukses, namun memimpin ibu kota adalah hal yang berbeda. Sandiaga Uno perlu menguji dirinya menjadi kepala daerah di tempat lain sebelum berlaga di ibu kota. Bagi istana, menjadikan Sandiaga Uno sebagai DKI-1 adalah sebuah perjudian. Mungkin itu menjadi alasan elektabilitas Sandiaga Uno yang terlihat stagnan di mata publik. Hal itu juga yang membuat Gerinda melirik calon lain seperti Komjen Budi Waseso.

Sebetulnya ada dua calon yang bisa memimpin ibu kota dan mungkin mendapat dukungan istana jika mereka berhasil menjadi DKI-1. Dua orang itu adalah Ridwan Kamil dari Bandung dan Tri Rismaharini dari Surabaya. Namun istana  memandang dua orang ini adalah aset daerahnya masing-masing. Risma ke depan bisa menjadi gubernur hebat Jawa Timur sementara Ridwan bisa menjadi gubernur pendobrak di Jawa Barat. Mengadu Risma dan Ridwan Kamil dengan Ahok di Jakarta hanya akan membuang kesempatan emas bagi dua orang yang kalah hilang sia-sia berkontribusi dalam membangun negeri ini. Itulah sebabnya setelah mendapat masukan dari Jokowi, Ridwan Kamil batal maju menjadi cagub DKI sementara Risma berulang kali mengatakan bahwa dia tidak ingin berlaga di DKI.

***

Ke depan pertarungan memperebutkan DKI-1 akan menjadi isu paling panas di negeri ini. Adalah hal yang tidak bisa dielakkan bahwa perseteruan KIH dan KMP jilid II akan mungkin terulang kembali memperebutkan DKI-1. Ibu kota yang menjadi arena laga perebutan kepentingan berbagai partai, konglamerat, para jenderal, dan politisi Senayan akan menjadi daya tarik hiruk-pikuk luar biasa. Dan hal itu pun sudah mulai terlihat sejak dari sekarang.

Menarik untuk mengamati dukungan-dukungan yang semakin nyata mengalir kepada Ahok. Di belakang Ahok jelas ada Presiden Jokowi. Di sekitar Presiden Jokowi ada Luhut Panjaitan, Sutiyoso dan para menteri lainnya. Ketika ada usaha dari DPR menjegal Ahok lewat revisi UU Pilkada, istana langsung berteriak kencang. Hal yang kemudian membuat nafsu DPR menjadi ciut seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun