Pengacara brilian Yusril Ihza Mahendra gatal tak tertahankan. Ia terusik melawan Ahok yang terus gaduh dan disebut nyaris tanpa lawan di Pilkada DKI tahun 2017 mendatang. Rasa kejantanan Yusril yang berperan sebagai Laksamana Cheng Ho dalam sebuah film kolosal itu, tergelitik dan terpicu. Jiwa Yusril seakan meluap, membahana, menggejolak melihat sepak terjang Ahok di DKI. Darahnya terus mengalir kencang, mendidih dan meletup-letup, ingin menantang Ahok duel satu lawan satu, dalam merebut kursi empuk gubernur DKI Jakarta. Â
Terinspirasi kemenangan kakaknya, Yuslih Ihza Mahendra Vs adik Ahok, Basuri, di Belitung, Yusril ingin mengulang duel itu di Jakarta dengan melawan Ahok. Dengan adanya sinyal dukungan dari partai Golkar, Gerinda, PPP dan PKS, Yusril nampaknya semakin yakin akan mampu mengalahkan Ahok yang kerap disebut gubernur sangar itu. Jika banyak pihak yang memprediksi bahwa Ahok sulit dikalahkan, tidaklah demikian bagi Yusril. Taktik jitu Yusril bersama kakaknya Yuslih, justru terbukti mampu menekuk adik Ahok, Basuri di Belitung. Siapa bilang tak ada yang mampu melawan Ahok?
Naluri, insting dan taktik Yusril melawan Ahok sudah mulai dia beberkan. Menurutnya, hanya satu hal yang mampu mengalahkan Ahok, yakni bersatunya partai yang tidak simpati kepada Ahok dengan memunculkan satu kandidat saja. Jika lawan Ahok mengerucut satu orang saja dan didukung oleh sejumlah partai, maka besar kemungkinan Ahok dapat dikalahkan. Sebaliknya jika banyak pihak yang muncul menantang Ahok, maka justru keroyokan tak jelas itu akan membuat Ahok semakin jaya.
Nampaknya Yusril masih sangat penasaran kisah heroik Prabowo yang head to head lawan Jokowi di Pilpres 2014 lalu. Saat itu publik langsung terbelah dua antara pendukung Prabowo vs pendukung Jokowi. Hasilnya, Prabowo nyaris dan hampir nyaris menang. Mungkin kalau bukan blunder Fahri Hamzah yang menyebut Jokowi ‘sinting’ terkait hari Santri, maka Prabowo sudah menjadi Presiden RI sekarang.
Kisah seru head to head Jokowi vs Prabowo itu terus terngiang-ngiang di benak Yusril. Sebagai seorang pengacara hebat, kondang, jenius dan kerap memenangi perkara itu, maka pertarungan melawan head to head lawan Ahok merupakan pertarungan sempurna bagi Yusril. Yusril ingin melihat warga Jakarta terbelah dua antara pendukung Ahok dan pendukung dirinya. Di saat itulah aneka taktik, strategi dan daya maya magis akan dikeluarkan Yusril untuk menekuk Ahok. Lalu apa modal besar Yusril dalam melawan Ahok?
Jelas Yusril memiliki nama besar sebagai sosok pengacara hebat terbaik yang pernah. Adalah ahli hukum paling fenomenal, kerap menang perkara termasuk melawan presiden sekalipun. Yusril sudah sekian lama menjadi sosok panutan para pengacara, hakim dan jaksa di negara ini. Ia sangat disegani baik lawan maupun kawan terkait sengketa-sengketa kasus perdata. Mendengar namanya saja ada di pihak lawan, maka seorang pengacara yang sedang bersengketa, nyalinya langsung ciut. Fakta telah membuktikan hal itu.
Pengalaman Yusril berpolitik tingkat tinggi juga sangat kaya dan beragam. Dialah sosok berani yang berhasil mendirikan partai Bulan Bintang. Partai ini pernah jaya dan berhasil mengirimkan wakilnya di Senayan. Yusril juga pernah menjadi menteri di era SBY dan kendatipun direshufle oleh SBY, buah-buah pikiran Yusril yang brilian, tetap dinanti dan didengar pemerintah. Dengan segudang pengalaman dan nama tenar, maka tak heran jika Yusril berani menyebut Jokowi, Presiden tak jelas visi-misinya. Saking bingungnya melihat Jokowi, Yusril menyebut bahwa Indonesia terlihat jalan tanpa komandan sekarang ini dank arena itu ia tidak mau menjadi menteri jika Jokowi memintanya.
Jika didukung oleh beberapa partai, maka Yusril akan memiliki semangat hebat ‘45’ untuk melawan Ahok. Baginya, Ahok adalah sosok pemimpin yang gaduh, memerintah dengan tangan besi, kerap membuka front pertarungan frontal. Ahok bagi Yusril adalah sosok Gubernur yang suaranya kerap memerahkan telinga dalam memerintah ibu kota. Kebijakan Ahok yang menyerang DPRD Bekasi bersama PT Godang Jaya yang mengelola pembuangan sampah DKI, telah memicu Yusril turun langsung menjadi pengacara PT Godang Jaya. Bibit-bibit perseteruan inilah yang semakin membuat Yusril semangat menantang Ahok. Lalu mampukah Yusril mendepak Ahok di DKI?
Kalau ada yang mengatakan bahwa pertarungan antara Yusril vs Ahok adalah pertarungan dua bintang beda aura, mungkin itu benar adanya. Bintang Ahok benar semakin terang, sementara bintang Yusril semakin redup. Namun justru itulah Yusril muncul membuat bintangnya kembali terang. Yusril amat yakin dirinya sebagai bintang yang ‘limited edition’ di republik ini. Dan karena limited edition, tentu akan  membuat orang terpesona akan sihirnya. Tetapi disinilah kelemahan Yusril. Produk limited edition biasanya hanya orang-orang tertentu yang tertarik akan sihirnya. Jelas orang banyak yang tidak paham limited edition, tidak melirik.
Dalam melawan Ahok, Yusril yang sangat agamis, mungkin akan kembali memunculkan sosok pemimpin yang agamis, santun, berkata sopan, cerdik dan jenius. Taktik itu berhasil di Belitung. Namun di Jakarta tentus hal itu amat berbeda. Di Jakarta justru yang dibutuhkan adalah kadar kegilaan yang tinggi. Di Jakarta dibutuhkan pemimpin yang gila, berani perang frontal, keras kepala, tangan besi, muka garang, suara kasar untuk membasmi para preman, PKL liar, parkir liar, gubuk dan pemukiman liar serta para anggota DPRD, pengusaha, pejabat yang amat rakus pada uang negara. Jelas Yusril tidak memiliki kadar kegialan tinggi seperti Ahok.
Jika kemudian Yusril menampilkan dirinya sebagi sosok pemimpin yang bersih, jujur dan berintegritas tinggi, hal itu juga sangat meragukan. Walaupun kemudian, Yusril lolos dari jeratan hukum, beberapa kasus seperti kasus Sisminbakum yang pernah menjerat Yusril, turut membuat publik kurang berselera meliriknya. Apalagi profesinya sebagai seorang pengacara, maka publik semakin tidak percaya akan reputasi jujurnya. Jika dibandingkan dengan Ahok, maka jelas Yusril kalah telak.