Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ganjar Capres, Jokowi Dua Kaki, Rizal Ramli Terkapar

22 April 2023   10:02 Diperbarui: 22 April 2023   10:12 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berdansa politik, akhirnya Megawati mengumumkan pada hari Kartini bahwa Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Sebelumnya, para lawan politik PDIP memainkan suara keroncong, gendang dan harmonica bahwa Puan adalah Capres paling jitu, PDIP. Tujuannya adalah jebakan maut. Ketika Puan didaulat sebagai capres, maka Anies dan Prabowo berhaharia ke langit ketujuh karena dengan mudah bisa menekuk Puan.

Tentu saja Megawati yang kenyang pengalaman politik, tidak mudah masuk jebakan. Ia paham bahwa potensi Ganjar menang Pilpres 2024, sangat besar. Publik banyak yang mencintai Ganjar. Ia adalah sosok pemimpin yang dekat dengan wong cilik. Kombinasi kesederhanaan dan kecerdasannya manaruh simpati kepada publik. Memilih Ganjar sebagai capres dan diumumkan di tanggal 21 April 2023 adalah keputusan jitu.

Keputusan Megawati mengusung Ganjar menjadi pukulan telak kepada Prabowo dan tendangan maut kepada Anies Baswedan. Prabowo yang berharap dukungan bulat dari Megawati-PDIP, akhirnya sirna. 

Tadinya PDIP mau mengusung Prabowo sebagai Cawapres Ganjar. Bahkan Jokowi ikut diinstruksikan Megawati untuk merayu Prabowo agar mau menjadi pasangan Ganjar. Namun usulan ini ditolak mentah-mentah oleh Prabowo dengan pongah. Prabowo hanya mau menjadi Capres dan bukan Cawapres. Jadilah Megawati meninggalkan Prabowo dan mengorbitkan Ganjar.

Pengumuman Ganjar sebagai capres, akan membuat Prabowo was-was dan trauma. Bisa jadi, di tahun 2024, ia akan menderita kekalahan untuk ketiga kalinya dari capres PDIP. Bila hal ini terjadi, maka Prabowo akan stroke politik stadium empat. Oleh karena itu Prabowo mau tidak mau kembali harus berperang habis-habisan di masa tuanya, melawan kader PDIP, Ganjar Pranowo.

Ketika Ganjar resmi menjadi capres, maka hal itu memukul genderang perang melawan Anies. Ganjar adalah lawan sepadan Anies. Kendatipun demikian dari realitas politik, Ganjar berada di atas angin, atas Anies. Ganjar sudah pasti akan menang di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Anies akan berbagi suara dengan Prabowo di Jawa Barat dan Banten. Sementara di daerah lain, akan terjadi pertarungan sengit.

Peluang Anies menjadi Presiden, cukup tipis mengingat reputasi kinerjanya yang buruk selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Boleh dikatakan bahwa Anies adalah hanya peserta pelengkap yang mencoba peruntungannya dan menunggu durian runtuh alias kasus ajaib seperti saat merebut kursi gubernur DKI.

Pasca pengumuman Ganjar sebagai capres, menarik untuk melihat posisi Presiden Jokowi. Dari gestur dan pola pendekatannya selama ini, Jokowi terlihat bermain dua kaki. Ia jelas, sangat mendukung Ganjar sebagai Capres. Ganjar adalah penerus kebijakan pembangunan infrastrukturnya. 

Di sisi lain, Jokowi juga sesekali mengiklankan Prabowo sebagai capres. Tujuannya adalh jika Pilpres terjadi dua putaran, maka all Jokowi final. Ini tentu bertujuan agar pasca lengser keprabon, Jokowi tidak diobok-obok seperti SBY.

Politik dua kaki Jakowi ke depan tentu akan sulit diterapkan. Kontestasi dan konstelasi politik akan memaksa Jokowi cenderung memperlihatkan dukungan kepada Ganjar. Bagaimanapun, Ganjar adalah prioritas Jokowi untuk dimenangkan. Sementara Prabowo hanyalah option kedua. Jokowi tentu tidak percaya penuh kepada Prabowo, jika melihat sepak-terjangnya sebelumnya yang dua kali menjadi lawan tandingnya.

Dari realitas politik saat ini, maka jelas bahwa hanya ada tiga kandidat capres 2024. Mereka adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Lalu dimana Rizal Ramli? Sepuluh tahun lalu Rizal Ramli mencoba membangun imagenya menjadi capres hebat. Saat menjadi Menteri Jokowi, Rizal Ramli mencoba terbang seperti rajawali. Namun naas nasibnya, ia malah dipecat Jokowi tanpa belas-kasihan.

Sejak dipecat, Rizal menyimpan dendam kesumat kepada Jokowi. Ia menyerang Jokowi siang-malam di social media sekaligus me-re-branding dirinya sebagai capres paling jenius, paling pintar dan paling kredibel di Indonesia. Namun realita politik berbicara lain. 

Tak satupun partai politik saat ini yang melirik Rizal Ramli sebagai capres dan bahkan cawapres. Akibatnya harapan Rizal Ramli menjadi Presiden di tahun 2024, sirna sudah. Rizal Ramli dipastikan akan terkapar dimakan zaman. Begitulah lato-lato.


Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun