Namanya Volodymyr Oleksandrovych Zelensky. Dia dipanggil Zelensky. Sebelum menjadi Presiden, ia dikenal sebagai pelawak. Kalau demikian ia sama dengan Tukul Arwana, Raffi Ahmad, Sule, Luna Maya dan seterusnya. Sama-sama artis. Tenar dan dikenal publik. Dari modal ketenaran ini Zelensky menjadi Presiden Ukraina. Artis menjadi Presiden. Eko Patrio menjadi anggota DPR. Personil Band Ungu jadi wakil wali kota. Dan publik sudah tahu hasilnya. Lawakan.
Zelensky jelas minim pengalaman politik. Masih hijau, masih culun. Polos. Ia bukan seorang politikus yang sarat pengalaman. Ia bukan dari tentara yang bergelut dengan strategi perang. Pun ia juga bukan dari kalangan intelijen yang paham taktik bemanufer. Ia pelawak. Menang jadi Presiden dengan modal ganteng dan disukai emak-emak dan gadis-gadis culun dan cupu. Mau dibawa kemana Ukraina?
Ia ingin Ukraina bergabung NATO. Bersengkokol dengan Amerika Serikat. Baginya berlindung di ketiak NATO memberinya ketenangan dan kedamaian. Bukannya membuat negaranya mampu berdiri sendiri, tetapi malah mengandalkan negara lain. Karena miskin ilmu politiknya, ia mengabaikan perasaan Rusia. Rusia sudah berulang kali mengatakan bahwa Ukraina jangan sekali-kali gabung NATO. Itu berbahaya. Rusia bisa mengamuk.
Posisi Ukraina berada di depan halaman rumah Rusia. Jika Ukraina gabung NATO, maka rudal Amerika dan Inggris akan ditempatkan di Ukraina. Ini mengancam langsung Moskwa dan menghantui Rusia sepanjang waktu.
Lagi pula orang Ukraina adalah sebagian orang Rusia. Orang Ukraina memakai bahasa Rusia. Jadi Rusia dan Ukraina bersaudara. Jadi jangan pergi ke lain hati. Tidak perlu bergabung dengan Rusia. Ukraina hanya diminta sebagai negara netral. Ya, negara Netral. Ini membuat Rusia tenang. Jangan pernah gabung NATO. Itu menyakitkan, menghina dan mengancam Rusia.
Oleh karena hijau dalam politik, Zelensky malah gagah-gagahan. Ukraina mau anggota NATO. Ia ngebet menjauhi dirinya dari Rusia. Tentu Amerika Serikat dan para pemimpin Eropa Barat senang. Mereka memanas-manasi Zelensky. Amerika dan Eropa Barat memang sudah memandang Rusia sebagai saingan sekaligus ancaman. Mereka gunakan Ukraina sebagai alat untuk melemahkan Rusia.
Zelensky yang polos, tidak bisa menganalisis sejauh mana keseriusan Amerika dan Eropa menerima Ukraina. Ia juga tidak bisa mengukur sampai dimana kemarahan Rusia jika Ukraina gabung dengan NATO. Zelensky memandang dua hal itu dari kacamata lawakan. Dia menganalisisnya secara enteng dan santai. Hasilnya? Putin, sang agen KGB, memberi pelajaran kepadanya.
Ternyata Amerika Serikat dan Eropa Barat hanya ngeprank Ukraina. Ternyata mereka tidak menerima dengan kilat Ukraina sebagai anggota NATO. Pun ternyata NATO dan AS tidak mau membela Ukraina untuk berperang dengan Rusia. Mereka hanya berkoak-koak atas invasi Rusia dan memberikan bantuan ala kadarnya untuk Ukraina. Â Apes benar nasib Zelensky.
Analisis lawakan Zelensky pun juga ambiar. Dia pikir Rusia hanya mengancam. Kalau saja Ukraina mempertimbangkan acaman Rusia dan mencocokan dengan fakta-fakta keberatan Rusia, Zelensky tidak akan gegabah menyatakan akan bergabung dengan NATO. Ternyata Putin, Presiden Rusia bukan main-main apalagi melawak. Putin benar-benar menyerang Ukraina.
Kini Zelensky hanya mampu selfi-selfi mengumbar umpatan kepada Rusia. Di lain waktu ia selfi memperlihatkan kehancuran Ukraina. Ia berlagak seperti reporter melaporkan kejadian sehari-hari di Ukraina. Hanya itu. Seringkali ia mengemis meminta bantuan dari negara Eropa Barat dan AS namun dipandang sebelah mata. Â
Akibat keputusannya yang dangkal analisis, kurang makan garam politik, di depan matanya Ukraina hancur. Ia memang bisa beralasan bahwa Ukraina hancur karena dihabisi oleh Rusia. Sebetulnya ia sendirilah yang menghancurkan Ukraina. Ia perlu belajar dari Taiwan yang tidak terang-terangan menyatakan kemerdekaan dari China. Sampai kini Taiwan belum sampai diserang China karena main zig-zag.