Kembali ke Jendral Andika. Andika dikenal sangat loyal. Walaupun hanya 13 bulan menjabat sebagai Panglima TNI nantinya, hal itu sudah cukup mentereng baginya untuk melaju secara politik. Bisa saja ia menggantikan posisi Moeldoko, yang gatal  di lingkar istana.
Kalkulasi politik menjelang Pilpres 2024, sudah dihitung Jokowi. Generasi penerus Andika di mantra Darat, sudah disiapkan. Ada Jenderal Dudung Abdulrachman, yang berpeluang besar menjadi KSAD.
Prinsip keseimbangan menjadi senjata Jokowi memenangkan pertarungan. Dulu, pasca Pilpres, Indonesia terbelah dua. Lalu dengan cerdik Prabowo diambil. Pendukungnya mencak-mencak. Tidak cukup Prabowo, Sandi juga diambil oleh Jokowi. Semua tenang. Yang onar FPI, tinggal dihajar. Tak berkutik.
Ketika lawan memainkan politik agama, Jokowi segera meluncurkan senjatanya. Ia merekrut Ma'aruf Amin sebagai wapres. Ma'aruf hingga kini dipasang sebagai bamper jika ada serangan terkait agama. Dan ini juga berhasil.
Di sinilah keunggulan seorang Jokowi. Taktiknya luwes kerap tak berbentuk. Strateginya sulit dibaca. Ia mampu melihat kerawanan lawan. Â Paham dengan kekuatan dukungan dan hak prerogatifnya. Konsolidasinya menjadikan TNI- Polri-BIN menyatu penuh dan ada di belakangnya yang sukses, membuat lawan tiarap.
Jadi, Jokowi Atur Ulang Ritme, Andika Masuk, Luhut Digeser.
Salam Kompasiana, Â Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H