Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok dan Spirit Doa, Skenario BPK yang Gagal dan Logika Waras KPK

21 Juni 2016   08:01 Diperbarui: 21 Juni 2016   08:13 13494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doa orang benar di dengar Tuhan. Itu rumusan sederhana yang diimani Ahok kepada Sang Khalik. Jika anda benar, lurus, berniat baik dan berdoa total, anda akan dilindungi oleh Dia Sang Pencipta. Karena Dia Sang Maha Adil, maka Sang Pencipta itu juga tidak membeda-bedakan agama, rasa atau kelompok orang yang berseru kepada-Nya. Doa orang benar akan didengar Sang Pencipta dan menyelamatkan.

Kekuatan doa orang benar bisa menyelamatkan itulah yang selalu ditanam Ahok dalam kalbunya. Sebelum pergi ke kantornya, Ahok dikenal media bahwa ia selalu meminta doa dari ibundanya. Sepanjang hari dalam tugasnya mengabdi negara, Ahok bekerja dengan spirit doa. Dan kalau dia sudah sampai larut malam ke rumah, Ahok kembali meminta doa syukur dari Ibundanya dari Belitung sana.  Hari-hari penuh pertarungan telah dilalui, esok Ahok akan kembali lagi bertarung dengan spirit doa yang sama.

Para lawan Ahok pun heran dan takjub mengapa Ahok yang diserang dari berbagai penjuru tidak juga kunjung jatuh? Bahkan faktanya, Ahok semakin fenomenal dengan raihan satu juta KTP, dan didukung oleh tiga partai pendukung? Mengapa media sosial selalu bergemuruh mendukung Ahok. Bahkan gara-gara Ahok, sosok sekaliber Aburizal Bakri terpaksa plin-plan menyatakan dukungan kepada Ahok?

Para lawan Ahok lupa satu hal yang paling hakiki bahwa kekuatan rohaniah seseorang sangat berperan. Doa orang benar didengar Sang Pencipta sedangkan doa orang tidak benar dibiarkan. Penulis tidak akan mengadili apakah doa Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Abraham Lunggana, Muhammad Taufik benar atau tidak benar. Pun doa oknum BPK yang ingin menjatuhkan Ahok benar. Soal kebenaran doa, hanya Dia yang di atas sana yang tahu.

Namun lewat doa Ahok dan Ibundanya, penulis yakin bahwa itulah alasan satu-satunya yang membuat Ahok tetap tegar dari serangan paling mematikan BPK sepanjang sejarah repulik ini. Mengapa? Karena siapapun yang melawan BPK dengan kekuatan superbody-nya, maka dia akan jatuh tak terkecuali Ahok. Untuk lebih jelasnya, penulis mencoba menguraikan bagaimana skenario BPK dalam menjatuhkan Ahok.

Akhir tahun 2014 Ahok atas amanat undang-undang, dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang naik menjadi Presiden RI terpilih. Karena sebagian besar anggota DPRD DKI Jakarta saat itu tidak menginginkan Ahok menjadi Gubernur, maka Jokowi melantik Ahok di istana pada tanggal 19 November 2014. Tanpa waspada dan hanya mengandalkan instingnya bahwa dia berjalan dalam kebenaran, Ahok menyetujui pembelian lahan Sumber Waras dan transaksi dilakukan pada tanggal 31 Desember 2014.

Awal tahun 2015 situasi politik di DKI mulai gaduh. Pengesahan APBD dipersulit oleh DPRD karena berbagai anggaran tak jelas dipotong tanpa kompromi oleh Ahok. Ngotonya DPRD memasukkan anggaran siluman membuat Ahok marah dan mencap DPRD menjadi sarang maling dan begal. Terjadilah perseteruan hebat antara Ahok dengan DPRD DKI. Ahok membuka anggaran siluman DPRD kepada publik dengan nilai fantatis 12 Triliun Rupiah. Sementara itu DPRD menuduh Ahok telah memalsukan RAPBD DKI Jakarta tanpa persetujuan DPRD dengan mengirimnya kepada Mendagri.

Perseteruan antara Ahok dengan DPRD terus berlanjut dan berujung pada pengguliran hak angket dan hak menyatakan pendapat. Saling lapor kepada KPK dan Bareskrim Polri pun terjadi. Simpati publik mulai mengalir kepada Ahok dan mengecam gerakan impeachment mengada-ada dari DPRD. Di tengah situasi gaduh, sekelompok anak muda mulai terbentuk untuk membela Ahok dan menamakan dirinya Teman Ahok. Sementara itu aneka gerakan lawan Ahok dengan otak oknum DPRD DKI, timbul di berbagai tempat dan membuat situasi politik di ibu kota semakin panas.

Situasi kisruh Ahok vs DPRD dimanfaatkan oleh Kepala BPK DKI saat itu Efdinal untuk memancing di air keruh. Efdinal menyoroti pembelian lahan Sumber Waras yang dilakukan Ahok akhir Desember 2014, dengan mengatakan bahwa Ahok telah melakukan beberapa pelanggaran dalam pembelian 3,1 hektar lahan Rumah Sakit Sumber Waras itu.

Menurut Efdinal, pembelian lahan itu telah menyebabkan kerugian negara sebesar Rp. 191 miliar. Ketika Ahok marah dan mengamuk, Efdinal kemudian mengajak  Ahok ‘berdamai’ dengan menawarkan kepada Ahok agar mau membeli lahan miliknya di areal TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Efdinal pun mengiming-iming Ahok, jika Ahok mau membeli lahan itu, maka laporan itu bisa ‘direvisi’.

Tetapi, Ahok langsung menolak ajakan damai Efdinal itu mentah-mentah, karena ia yakin bahwa tidak ada yang salah dari pembelian lahan tersebut. Ahok mengeluarkan pernyataan bahwa satu sen pun dia tidak akan membayar untuk menghapus laporan audit BPK DKI itu. Karena Ahok tak bisa diajak berdamai, maka Efdinal pun mengumumkan hasil auditnya kepada publik bahwa ada unsur korupsi yang dilakukan oleh Ahok di balik pembelian lahan Sumber Waras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun