Perkembangan situasi inilah membuat posisi Ahok semakin di atas angin. Jika kemudian terjadi koalisi antar Teman Ahok dengan Golkar, Nasdem dan Hanura, maka jelas Ahok tak terkalahkan. Dukungan dari PDIP kemudian boleh ada dan boleh tidak. Dan situasi ini akan membuat PDIP semakin meratapi cinta terpendamnya kepada Ahok. Mendukung Ahok jelas mencoreng nama dan gengsi besar PDIP. Namun jika memaksa diri mengusung calon sendiri dan berkoalisi dengan Gerinda, PAN dan PKS, maka kegagalan sudah di depan mata. Demokrat dan PKB mungkin juga akan pragmatis dan berbalik mendukung Ahok. Buah simalakama bagi PDIP. Dimakan, PDIP perih, pedih. Tidak dimakan, PDIP galau-kusut. Siapa suruh kerja lamban, lambat dan asyik dengan mekanisme partai hehe.
Untuk sementara politik cerdik ular Ahok terlihat berhasil gilang-gemilang. Ahok mampu memperdayai PDIP dan menggoda Golkar untuk mendukungnya. Fakta bahwa survey internal Golkar menghasilkan bahwa Ahok masih yang terbaik, membuat Setya Novanto dan para elit Golkar lainnya tak ragu mendukung Ahok. Belajar dari pergelaran Pilpres dimana Prabowo mendukung Golkar dan sekarang masih luka batin itu masih sulit sembuh, kini Golkar lebih pragmatis. Siapa yang berpotensi besar menang, wajib didukung. Sebuah rumus sederhana ala Setya Novanto.
Jika politik cerdik ular Ahok cukup berhasil, itu sebetulnya tidak lepas dari politik tulus merpati yang sampai sekarang ia lakukan. Tulus seperti merpati adalah kunci Ahok melawan musuh-musuhnya. Tulus seperti merpati inilah juga yang membuat lawannya mati langkah. Tanpa ketulusan bekerja, ketulusan membela rakyat, keadilan sosial, maka sehebat apapun politik cerdik ular, tidak akan berhasil. Jadi politik cerdik ular harus diimbangi dengan politik tulus merpati, tulus melayani masyarakat dan bukan bukan tulus melayani diri sendiri. Dan inilah yang membedakan Ahok dengan para politisi lainnya. Mereka memang cerdik seperti ular namun tidak tulus seperti merpati. Mereka nyatanya juga korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Ahok adalah seorang politisi yang bekerja tulus untuk rakyat. Ia bekerja keras memperjuangkan keadilan sosial, menghancurkan birokrasi priyayi, membela APBD DKI dan terus melakukan terobosan-terobosan hebat membenahi Jakarta. Selain itu, Ahok sangat transparan soal hartanya. Sekurang-kurangnya sampai sekarang, tak ada bukti bahwa ada satu Rupiah masuk ke rekeningnya atau rekening isterinya dari hasil korupsi.
Nah gaya politik cerdik ular dan tulus merpati inilah yang kemudian membuat  publik Jakarta jatuh hati kepada Ahok. Hal itu jugalah yang membuat hati Golkar, Nasdem, Hanura kepincut. Bahkan seorang Setya Novanto, ketua umum Golkar yang baru,  tak ragu mengeluarkan pujian kepada Ahok bahwa dia yang masih terbaik di Jakarta. Jika kemudian Golkar menyatakan dukungan secara resmi kepada Ahok, maka posisi Ahok jelas semakin kuat, sementara lawan-lawan politiknya mati langkah, termasuk PDIP.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu