Yusril Ihza Mahendra (Tribunnews.com/Bian Harnansa)Tidak lama lagi, pengacara hebat Yusril Ihza Mahendra akan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dari hari ke hari, keyakinan Yusril akan menang, semakin besar. Jika dibandingkan dengan calon gubernur lainnya seperti Lulung, Taufik, Sandiaga Uno, Adhiaksa Daud, Ridwan Kamil, maka Yusril merasa jauh di atas angin. Hanya satu yang menjadi batu sandungan terbesar Yusril untuk merebut kursi Gubernur itu, yakni Basuki Cahaya Purnama alias Ahok.
Melawan Ahok di DKI Jakarta, Yusril sama sekali tidak takut. Bagi Yusril, Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta bukan karena perjuangannya tetapi karena ikut menebeng pada popularitas Jokowi. Ahok sendiri mengakui bahwa ia hanya ketiban hoki menjadi Gubernur DKI setelah Jokowi naik menjadi Presiden. Jadi Yusril amat yakin bahwa pertarungan merebut kursi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017, adalah pertarungan yang amat sulit bagi Ahok. Peluang itulah yang hendak diambil Yusril untuk merebut posisi Ahok dengan tujuh modal besar berikut ini.
Pertama, Yusril mengaku bahwa ia telah mengumpulkan satu juta KTP yang mendukung dia menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sedangkan Ahok masih setengah mati mengumpulkan KTP 500 ribu orang pendukungnya. Sebagai pengacara hebat, Yusril memang terlihat jago bersilat lidah. Satu juta KTP itu adalah para pemilih partai PBB selama ini. Jadi Yusril mengklaim mereka sebagai pendukungnya. Persoalan apakah KTP mereka DKI atau tidak, itu lain soal. Yang penting ada satu juta bahkan dua juta KTP pendukungnya di seluruh Indonesia. Jika pendukung itu mau pindah ke Jakarta, maka bisa dibayangkan betapa besarnya pendukung Yusril.
Kedua, Yusril mengaku bahwa untuk mengalahkan Ahok di Jakarta harus duel satu lawan satu. Artinya seluruh kekuatan diri dan pendukung harus disatu padukan untuk melawan Ahok. Yusril akan mempraktekan peribahasa lama yang mengatakan: “Bersatu kita teguh melawan Ahok, bercerai kita runtuh dikibuli Ahok.” Jika banyak calon yang tampil ke depan mengalahkan Ahok, maka suara pendukung terbagi-bagi. Hal itu jelas tidak efektif dan efisien. Jadi untuk melawan Ahok kekuatan harus terkonsentrasi dalam diri Yusril yang maju ke depan menantang Ahok. Sekarang Yusril sudah mulai menghimpun dukungan dari beberapa partai seperti Golkar, PKS, PPP, PAN untuk mendukungnya dan tidak tertutup kemungkinan dukungan partai lain akan semakin mengerucut mengorbitkan Yusril.
Ketiga, Yusril akan mempraktekkan strategi kakaknya Yuslih yang berhasil mengalahkan adik Ahok di Belitung. Beberapa strategi itu antara lain, Yusril akan berjanji untuk memudahkan pengurusan izin-izin berbagai usaha di Jakarta, harmoni dengan DPRD terkait APBD, berdamai dengan para preman, parkir liar, pemukiman liar dan para pengusaha nakal. Yusril akan mengedepankan kedamaian dan keharmonisan dalam pemerintahannya. Jika hal itu dipromosikan dengan lihai leh Yusril, maka akan membuat Ahok kalah telak. Dan itu sudah dibuktikan oleh Yuslih di Belitung.
Keempat, Yusril mungkin akan kembali mengingatkan warga Jakarta yang mayoritas muslim agar tidak memilih pemimpin yang tidak seagama. Strategi itu dipandang Yusril tetap efektif dan efisien. Ahok yang non-muslim jelas tidak akan berkutik jika Yusril berhasil mengingatkan warga Jakarta akan prinsip dalam dunia Islam itu. Ditambah dengan perilaku santun, sopan, halus yang telah dipertotonkan Yusril selama ini, maka publik akan beralih mendukungnya ketimbang Ahok yang kasar, garang dan sombong.
Kelima, dasar keyakinan lain Yusril untuk mengalahkan Ahok adalah Yusril telah mempunyai partai PBB lalu didukung oleh beberapa partai lainnya. Sementara Ahok sampai sekarang belum punya partai dan hanya mengandalkan jalur independen. Sedangkan Yusril selain mengandalkan jalur independen, Yusril juga mengandalkan gabungan partai-partai dalam melawan Ahok yang belum punya partai. Jadi dalam hal kepemilikan dan dukungan beberapa partai, Yusril jelas lebih unggul daripada Ahok. Jika Golkar mendukung Yusril maka otomatis TV Ical dan mungkin TV Hary Tanoe akan terus menerus memberitakan citra Yusril. Belum lagi para komentator seperti Margarito Kamis akan terus membentuk opini akan peluang besar Yusril. Itu jelas modal besar.
Keenam, bagi Yusril, berlaga di Pilkada untuk merebut kursi Gubernur DKI adalah pertarungan opini, nama dan argumen. Dibanding dengan Ahok, jelas Yusril lebih hebat. Yusril kerap memenangkan aneka perkara. Ia juga pernah mengalahkan SBY saat menjadi Presiden. Dengan kelihaiannya memainkan kata dan celah hukum, Yusril akan memainkan celah kelemahan Ahok termasuk celah hukum untuk menjegalnya.
Nyali Ahok untuk memutuskan kontrak dengan PT Godang Tua yang mengelola pembuangan sampah Bantar Gebang menjadi semakin ciut setelah PT itu memilih Yusril sebagai pengacaranya. Dalam soal hukum jelas Ahok kalah telak. Lihatlah seorang mantan Kepala SMA yang dipecat Ahok berhasil mengalahkan Ahok di MA dan diperintahkan untuk mengembalikan jabatan sang Kepala SMA yang dipecat itu. Dengan modal besar sebagai pengacara hebat, Ahok dapat dikalahkan.
Ketujuh, faktor pengalaman di birokrat dan di entertaimen. Yusril adalah tokoh nasional, berpengalaman panjang di birokrasi dan pemerintahan. Yusril pernah menjadi Mensesneg, pernah menjadi Menteri Kehakiman, ketua umum partai, dan pernah mencalonkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden. Yusril juga sukses menjadi Best Lead Actor in a Foreign Language Film berkat aktingnya dalam film Legend of the East. Sedangkan Ahok baru berpengalaman menjadi Bupati, anggota DPR dan Gubernur dan kalah jauh dibanding dengan Yusril. Faktor pengalaman di birokrat dan entertaimen inilah akan dijual Yusril untuk mengalahkan Ahok.
Itulah tujuh modal besar yang akan digunakan Yusril untuk mengalahkan Ahok di Jakarta. Nah, Ahok, lawanmu Yusril datang dengan tujuh modal besar segede gajah. Cukup lawan dengan kerja keras seperti badak di sawah, tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular hehe.