Awalnya Ical dan kawan-kawan berpesta pora menikmati kemenangan. UU MD3, Pilkada lewat DPRD dan pimpinan DPR dan MPR serta alat-alat kelengkapannya, berhasil diraup Ical dan kawan-kawan. Saking mabuknya Ical dan merasa lukanya sudah sembuh, ia lupa bahwa Jusuf Kalla, lawan bebuyutannya, sudah kembali ke medan tempur. Ical juga memandang remeh bahwa di internal Golkarnya sudah mulai ada riak-riak menjelang habis masa baktinya di Golkar. Ia lupa faktor Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Yorris dan kawan-kawan. Dan benar saja, Ical lewat Nurdin Halid berhasil melaksanakan Munas di Bali tanpa hambatan dan menahbiskannya kembali sebagai ketua Golkar.
Akan tetapi langkah Ical itu diimbangi dengan insting politik luar biasa Kalla yang telah kembali menjadi Wapres. Kalla yang pernah dilukai Ical, dengan lihai memerintahkan Agung Laksono, Priyo Budi Santoso dan kawan-kawan yang tersingkir dari Munas Bali, melaksanakan Munas Ancol sebagai tandingan. Ajaib, Munas Ancol berhasil dilaksanakan, lalu diputuskan oleh Mahkamah Partai Golkar sebagai Munas yang sah dan segera mendapat SK pengesahan kepengurusan dari Menkumham. Mulailah Ical tersayat lagi. Kali ini sayatannya sedemikian besar karena Golkar di tangannya terus bergolak dan dirongrong. Siapa yang menyayat Ical kali ini? Tentu saja Jusuf Kalla. Hebatnya, Ical kadang bingung menghadapi Kalla yang kadang-kadang terlihat sebagai kawan, namun juga terlihat lawan.
Jusuf Kalla, kendatipun sudah berumur 79 tahun, tetapi ia adalah pendekar politik ulung yang saya sebut ‘Samurai Tua’. Kendatipun ia sudah tua, namun tebasan Samurainya terus membuat pertahanan KMP kocar-kacir dan berhasil dilumpuhkan hingga 75 persen. JK berhasil membuat KMP sibuk dengan konflik di internal mereka sehingga tidak fokus untuk menyerang kebijakan pemerintah. Program pemerintah dalam membangun infrastruktur pun berjalan lancar tanpa hambatan di parlemen.
Pecahnya Golkar yang disusul kocar-kacirnya KMP telah membuat Ical lagi-lagi tersayat. SK Menkumham bagi Munas Ancol dan tidak kunjung disahkannya Munas Bali telah membuat Ical mulai menjerit. Pertarungan Ical di pengadilan juga telah membuatnya cukup berdarah-darah namun hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Berhadapan dengan pemerintah yang dimotori oleh JK, Ical terus melemah. Hal itu terbukti ketika anak emasnya di DPR Setya Novanto terjungkal dari kursi ketua DPR. Akhir-akhir ini Lapindo yang mulai berencana mengebor lagi di tanahnya sendiri ternyata dengan mudah dijegal pemerintah. Â JK terus terlihat memainkan Samurai tuanya untuk menebas Ical kendatipun Ical sudah mulai menjerit-jerit.
Manufer JK yang sehaluan dengan Mahkamah Partai Golkar, turun gunungnya Habibie dan merapatnya Mahaguru Golkar Akbar Tanjung, telah membuat Ical terus menjerit. Merasa dikeroyok dari berbagai lini, Ical pun mulai menyerah. Sisa-sisa tenanganya ia kerahkan dalam Rapimnas Golkar Munas Balinya 23-25 Januari 2016. Jeritan SOS Ical tergambar dari keinginannya untuk mendukung pemerintah Jokowi-JK.  Jeritan Ical itupun ditanggapi oleh Jokowi-JK dengan mengirim Luhut dan Yasonna dalam Rapimnas. Namun hanya sebatas itu, tidak akan ada SK pengesahan jika tidak ada lampu hijau dari JK.
Jika dalam Rapimnas kubu Bali DPD-DPD Golkar menolak Munaslub, maka JK akan terus menebas Samurainya untuk menyayat Ical. Dengan dukungan Habibie, Akbar Tanjung, Agung Laksono, Munas yang digagas oleh tim transisi yang diketuai oleh JK, akan terlaksana. Lalu hasil Munas itu akan dikeluarkan SK-nya oleh Menkumham. Jadilah Ical bersama Nurdin Halid dan Idrus Marham kembali tersayat oleh Samurai tua Jusuf Kalla. Sekarang ganggang Samurai ada di tangan Jusuf Kalla. Apakah dia berhenti menebas atau melanjutkannya, tergantung dari insting JK. Sementara itu, Ical hanya bisa bertahan dan tidak mampu melakukan serangan balasan dari tebasan Samurai jusuf Kalla.
Jadi, ketika Ical banyak tersayat, dia pun akhirnya menjerit histeris minta tolong, mau mendukung pemerintah, setuju Munaslub, dan tidak mencalonkan diri lagi menjadi ketua umum Golkar. Namun sebelum dia benar-benar menyerah, karena masih ada skenario Nurdin Halid yang licik, Kalla tidak akan yakin jeritannya dan terus menebas Samurainya dengan menggelar Munas. Akankah Ical balik menyerang Kalla? Mari kita tunggu perseteruan mereka selanjutnya.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Â