Fahri Hamzah lupa, bahwa publik terlihat miris ketika aparat polisi lalulintas terlihat bengong melihat para teroris menembak membabi buta karena tidak punya senjata. Lebih miris lagi Fahri Hamzah melarang Brimob masuk ke ruang anggota fraksinya dengan alasan tidak ada maling di situ. Fahri mungkin sudah lupa bahwa sebetulnya malingnya ada banyak di DPR. Menjadi lebih geli lagi melihat isi perdebatan Fahri dengan penyidik KPK yang meminta DPR dihormati, dihargai, disegani karena mereka dipilih rakyat.
Tentu saja publik menilai bahwa Fahri hanya sibuk mempertahankan singgasana kursinya di Senayan yang terus digoyang oleh partainya sendiri, PKS. Akibatnya Fahri tidak peduli lagi aksi teroris yang telah membuat suasana mencekam di Jakarta itu. Bukannya mendukung langkah KPK untuk menggeledah sarang maling, justru Fahri malah berbusa-busa mulutnya dengan prosedur yang sebetulnya tidak ada landasan hukumnya. Sudah jelas aksi berdebat Fahri Hamzah itu membuatnya semakin terpojok di mata publik.
Jadi, terkait bom Sarinah, Jokowi balik meneror teroris dengan gerakan rakyat tidak takut bersama Polri dan TNI. Lalu Ade Komaruddin menjadi malu dan terpukul sementara Fahri Hamzah semakin terpojok dan semakin tidak mendapat simpati publik.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H