Ucapan Jokowi bahwa ia tidak boleh didikte, ditekan, diatur, didesak-desak terkait perombakan kabinet, amat mengejutkan. Itu adalah pernyataan keras, pernyataan sekeras batu (rock). Sama seperti musik rock yang membahana sangat keras dan meraung-raung, Jokowi di awal tahun 2016 mulai meraung, membahana bagai musik rok.
Pernyataan keras Jokowi di atas jelas  memberi warning kepada siapapun bahwa sekarang Jokowi adalah Jokowi, seorang Presiden yang memiliki mandat langsung dari rakyat. Apa makna dari pernyataan Jokowi itu?
Pertama, Jokowi semakin menegaskan dirinya sebagai seorang pribadi yang keras dan tegas. Istilah Reza Chalid dan Novanto, ‘koppig’. Karakter itu semakin ia tunjukkan untuk menghadapi lawan-lawannya yang ‘bernafsu’ sekali untuk mendiktenya.
Kedua, Jokowi memberi pesan jelas kepada siapapun termasuk kepada PDIP dan PAN bahwa reshuffle kabinet itu adalah hak prerogative Presiden dan bukan hak PDIP, PAN, DPR atau siapapun. Soal puas, tidak puas, bagus, tidak bagus kinerja para menterinya, itu urusan Jokowi. Demikian juga penilaian kinerja para menteri, itu juga domainnya Presiden.
Ketiga, Jokowi mengubah desakan reshuffle kabinet itu sebagai energi membangkitkan untuk para menterinya agar fokus, giat dan kencang cara kerjanya. Rongrongan para politisi, ketua partai untuk mengganti menteri yang tidak mau bekerja keras, akan benar-benar dilakukan jika para menteri itu tidak mampu bekerja dengan baik. Semakin keras suara perombakan kabinet, maka Jokowi mengharapkan para menteri itu juga semakin kencang bekerja keras.
Keempat, Jokowi ingin agar tahun 2016 ini, ekonomi lebih bergerak, lebih kencang, lebih efisien. Kebiasaan selama ini bahwa anggaran baru mulai kencang dipakai akhir tahun, sekarang diubah, mulai digunakan sejak Januari, Februari dan seterusnya. Itu berarti, kerja keras sudah di depan mata. Penggantian menteri di saat semua bekerja keras, adalah hal yang mengganggu, tidak efisien dan efektif.
Kelima, Jokowi tahu bahwa begitu banyak orang rakus di sekitar partai, istana, DPR yang ingin menjadi menteri. Dengan motif yang sarat dengan nuansa politis, orang-orang itu tidak lebih baik dari menterinya sekarang. Bahkan jika ada wajah baru pada kabinetnya, malahan itu justru menjadi beban baru. Jokowi belajar betul pada sosok Indryono Soesilo, orang pintar, yang gagal bekerja sebagai menteri.
Bagi Jokowi, Indonesia tidak butuh orang pintar, orang cerdas, orang yang pandai berteori, orang hebat, tetapi Indonesia butuh orang pekerja, jujur, ikhlas dan tanpa pamrih untuk membenahi negeri ini. Dan tampaknya Jokowi masih puas kinerja Menteri Susi, Sudirman Said, Rini Soemarno, Ignasius Jonan. Jadi mereka masih belum perlu diganti.
PDIP dan PAN semakin Garang
Semprotan Presiden Jokowi yang mengatakan bahwa ia tidak boleh didikte, diatur dan didorong-dorong akan diuji terus-menerus oleh PDIP dan PAN. Selama ini, partai terdepan yang mendorong Jokowi untuk mereshuffle kabinetnya adalah PDIP dan PAN. PDIP sangat bernafsu untuk mengganti Menteri BUMN Rini Soemarni dan Menteri ESDM Sudirman Said. Tujuannya tidak lain untuk menguasai lahan sangat basah yang dikendalikan oleh kedua menteri itu.
Ke depan, PDIP akan bersuara semakin garang untuk menekan presiden Jokowi dengan berbagai cara. Sepanjang keinginan PDIP belum terpenuhi, maka PDIP terus menerus menguji ketahanan Jokowi. Sudah jelas bahwa sebagai partai pemenang pemilu dan memiliki jumlah anggota DPR di parlemen, PDIP memiliki kekuatan untuk menekan Jokowi.