Ada sebuah pohon beringin besar yang telah berdiri kokoh selama ratusan tahun. Pohon itu dikenal dengan nama "Beringin Keramat" dan dipercaya sebagai tempat tinggal arwah penasaran. Tidak ada yang berani mendekati pohon itu setelah matahari terbenam, karena desas-desus tentang sosok misterius yang sering terlihat di sekitar pohon.
Dahana, seorang remaja yang baru pindah ke desa itu bersama keluarganya, tidak pernah percaya pada cerita hantu. Baginya, semua itu hanyalah takhayul. Cerita beringin keramat semakin santer hingga ketelinga Dahana. Suatu malam, karena penasaran, Dahana memutuskan untuk membuktikan bahwa cerita-cerita itu hanya mitos belaka. Dengan berbekal senter dan kamera ponselnya, ia berjalan menuju Beringin Keramat.
Langit malam itu gelap tanpa bintang, dan hanya suara jangkrik yang terdengar di sekitar. Setiba di beringin keramat, Dahana menyorotkan senter ke arah pohon beringin yang besar dan menakutkan. Angin malam berhembus, membuat daun-daun pohon bergoyang seolah menyambut kedatangannya. Dahana mengaktifkan kamera ponselnya dan mulai merekam.
"Aku di sini, di bawah pohon beringin keramat yang katanya berhantu. Mari kita lihat apakah ada yang muncul," ujar Dahana dengan nada menantang.
Beberapa menit pertama berlalu tanpa kejadian apa pun. Merasa tidak ada tantangan Dahana mulai merasa bosan dan hampir memutuskan untuk kembali pulang ketika tiba-tiba, suhu di sekitarnya terasa menurun drastis. Angin berhenti berhembus, dan suasana menjadi sangat hening. Tiba-tiba, terdengar suara gemerisik dari balik dedaunan.
Dahana menyorotkan senter ke arah suara itu, tetapi tidak melihat apa pun. Ketika ia menurunkan senternya, mata ponselnya menangkap sesuatu yang aneh. Di layar, terlihat bayangan seorang perempuan dengan rambut panjang dan pakaian putih lusuh, berdiri di antara akar pohon. Dahana membelalakkan matanya dan mencoba fokus, tetapi sosok itu menghilang.
Dengan napas tertahan, Dahana mendekati tempat di mana bayangan itu tadi terlihat. Saat ia semakin dekat, terdengar suara lirih seorang perempuan menangis. Suara itu terdengar begitu menyedihkan, membuat Dahana merasa merinding. Meskipun takut, rasa penasaran Dahana mengalahkan rasa takutnya.
"Ada orang di sana?" Dahana bertanya dengan suara gemetar.
Tidak ada jawaban. Hanya suara tangisan yang semakin keras. Dahana memberanikan diri mendekat, dan tiba-tiba, sosok perempuan itu muncul tepat di depan matanya. Wajahnya pucat, matanya kosong tanpa bola mata, dan bibirnya bergerak-gerak mengeluarkan suara lirih, "Tolong aku... tolong aku..."
Dahana terkejut dan mundur beberapa langkah. Sosok itu mendekat dengan gerakan yang lambat namun pasti. Dahana merasakan kakinya kaku dan sulit bergerak. Perempuan itu meraih tangan Dahana dengan tangan dinginnya dan mengucapkan, "Aku terjebak di sini... Tolong aku..."
Dahana berteriak dan tiba-tiba bisa bergerak kembali. Ia berlari secepat mungkin meninggalkan pohon beringin itu. Setelah sampai di rumah, ia menceritakan kejadian itu kepada orang tuanya dengan nafas terengah-engah.