Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

From Now On

20 September 2021   22:56 Diperbarui: 20 September 2021   23:31 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah mengingat hari di mana kau memilih untuk pergi. Satu pertanyaan yang ingin kuucap langsung padamu,

"Kenapa harus secepat ini untuk pergi?"

Aku yang tak diberi salam perpisahan hanya duduk termenung sembari menahan sesak di dada. Membayangkan kau begitu jauh dengan langkah gontai dan tatapan kosong sepanjang jalan di malam yang muram.

Memutar kembali rekaman suara dan lagu yang kau nyanyikan untukku. Melihat pesan terakhir yang kau kirim kemarin malam, yang tertulis hanya jika kau ingin segera tidur. Kau hanya meninggalkan sebuah pesan seperti itu dan sekarang ponselmu tidak bisa dihubungi sama sekali? Apa kau sengaja untuk membuat orang lain mencarimu juga?

Masih kusimpan foto-foto terakhir saat kau memakai baju hitam berlengan pendek dengan rambut acak-acakan. Berharap foto dirimu bisa menjelaskan tentang semua pertanyaan yang sekarang memenuhi ruang pikirku.

Kenapa kau memilih meninggalkan?

Apa aku terlalu bersikap buruk padamu?

Cerita apa yang sangat berat itu, hingga tak bisa kau bagi denganku? Sehingga kau memilih berlari dariku dan mencari tempat ketenanganmu sendiri. Bukan seperti ini, bukan seperti ini harapan yang kita sepakati bersama. Aku tak pernah memintamu berjalan sendirian dan aku tak pernah ingin menjalani ke depannya seorang diri.

Dering pertama hingga notifikasi telepon berbunyi berkali-kali. Menelepon keluarga dan teman-temanmu, berharap ada kejelasan tentang kabar yang makin tidak bisa dimengerti. Namun, mereka pun tak bisa berkata yang melegakan hatiku.

Menerima foto ruangan dari kakak perempuanmu, bahkan bungkus makanan yang kau beli malam lalu masih berada di sana. Tempat tidur yang berantakan, ponselmu juga berada di lantai. Aku ingin sekali datang ke sana saat kakakmu dengan suara parau memintaku untuk tidak mengunjungi dahulu.

Ke mana tempat ketenanganmu sekarang? Hingga tak kau bawa barang-barang yang kau takkan bisa hidup jika melewatkannya. Bisakah kau datang ke jiwaku? Melakukan telepati dan meluruskan semua prasangka. Jangan membuatku khawatir, jangan membuatku menangis. Kau terus memenuhi ketakutanku. Tak bisa melewatkanmu sedikit pun dari pikiranku saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun