Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sayembara Klasik Seruan Samudera

25 Maret 2019   07:59 Diperbarui: 25 Maret 2019   08:03 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


-putriwk-

Di pesisir kendali mengitari jejak
Bergandeng ombak yang enggan tegak
Tarian gemulai pohon kelapa, lenggokkan daunnya dengan leluasa
Ditambahi alunan nada anak-anak burung yang baru saja bisa bersuara
Pun permainan opera, sajian dari nelayan yang tengah berlayar tanpa pertimbangan beban

Tiada cacat dari suguhan semesta
Namun, ia tetap saja tertunduk memikirkan cara terlaju meregang nyawa

Tiba-tiba, tidak butuh aba-aba lama
samudra berseru: "ikutilah sayembara tertayang, siapa cepat tenggelam, dialah pemenang"

jiwa setengah mati itu mengarah timur

Sigap berpamitan, siap karam pada palung terdalam
Menaklukan tuntutan binasa di dasar lubuk kan disemayam
Sebelum ceburkan nyawa, ia menghela udara dalam-dalam
Seusai dikira-kira, ia embuskan segala rasa lebam
Inilah nafas kali terakhir, sebelum rongga dadanya dipenuhi air

Jiwa setengah mati kini mengarah barat

Mata yang telah sedia pupus kini membelalak
Tak pernah tertebak, sudah KALAH TELAK!
Pikirnya untuk mati terlewat banyak mengukir sajak

Tak jadi memaut di hamparan pangkuan laut
Jiwa setengah mayat itu hampir menantang lembah ufuk untuk ribut
Sayang, tak jadi manusia buntu petang ini
Terlanjur merugi gesitnya pacuan si jiwa hampir mati
Terpaksa, meski goyah, hidup kan lanjut, merotasi hari-hari

Sebab sampai tak bertuannya dunia nanti
Jawara dari perlombaan tercepat meraup benam ini
Ialah senja yang sengaja dikutuk pandai menghilang di punggung pantai
Diimingi bias sketsa rembulan, pertanda waktunya penghuni bumi menata damai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun