Mohon tunggu...
Nisa R
Nisa R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melarang Cadar, Diskriminasi?

10 Maret 2018   15:12 Diperbarui: 10 Maret 2018   16:53 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri pula, penggunaan cadar ini memang banyak sekali disalah gunakan. Contoh ni, pengalaman pribadi, saya kenal seseorang wanita yang saat dia menguntit perseljngkuhan suaminya, dia menggunakan cadar. Film India yang berjudul "Lipstick under my Burkha" pernah nonton? Film ini tentang 4 rahasia dari 4 wanita. Diantara salah satunya adalah seorang mahasiswi yang bercadar dan memiliki kebiasaan mengambil lipstick di mall? Hmmh....tentu film ini tak bisa merepresentasikan karakter wanita bercadar secara umum. Tapi, bahwa penggunaan cadar ini bisa dan mudah disalahgunakan tergambar disini.

Kalaulah cadar dihubungkan dengan radikalisme, ko rasa-rasanya kurang bener ya. Apalagi kalau alasan ini digunakan oleh lingkungan akademisi. Seorang akdemisi pasti taulah kalau overgerneralisasi adalah satu dari kesalahan berifkir. Radikalisme itu sendirikan cara berfikir dan sikap yang menghendaki perubahan secara radikal dan keras. Sedangkan cadar itu penutup wajah. 

Orang bisa memiliki alasan yang bermacam-macam untuk akhirnya memutuskan menutupi tubuh dan wajahnya. Kalaupun lah si pengguna cadar benar-benar melakukan tindakan terorisme, ya yang salah di isi kepalanya atas perbuatanya dan bukan atas pakaian yang dikenakanya. Please, berhenti menghubungkan dua hal dan lebih yang tak berhubungan. Penampilan dan kualitas karakter seseorang itu tidak linier. 

Tidak berarti yang satu baik maka yang lainya pasti baik. Tidak! Bisa jadi indikasi memang. Tapi ayolah...kita bisa lebih pintar untuk menggunakan parameter-paremater lain yang lebih bisa dipertanggungjawabkan dari hanya sekedar penampilan untuk mengukur kualitas seseorangkan? Kalau pakai rok pendek gak bermoral dan berjubah bermoral begitu? Yang gak pakai cadar ga bisa jadi teroris terus yang pakai cadar bisa jadi teroris? Apalah gunanya kita sekolah kalau isi otak masih sempit.

Sori agak terdistrak. Let's get back to the topic. Jadi... overall, ada dua masalah inti dalam penggunaan cadar di kampus. Pertama, sehubungan dengan cara memvalidasi siapa mahasiswai di balik cadar tersebut dan kemungkinan penyalahgunaan cadar itu sendiri.

Dua hal ini ya tidak boleh ditanggapi sentimen pula oleh mereka yang pro dengan cadar. Tanggapi kedua kekhawatiran itu dengan baik karena memang universitas memiliki system yang butuh tau bahwa mahasiwi di balik cadar yang datang ke kampus, sit in, dan berinteraksi dengan warga kampus tersebut valid dan jelas sesuai dengan data yang ada. Kedua belah pihak tak bolah ada yang mendasarkan pemikiran mereka atas dasar SUKA dan TIDAK SUKA, tapi murni itikad untuk kebaikan bersama.

Saya sampai sekarangpun masih belum yakin solusi terbaik apa untuk memvalidasi mahasiswi bercadar. Mau tak mau, kalau lah memang kampus kekeh kalau yang bercadar harus dicsreen dulu sebelum masuk area kampus ya harus diberikan fasilitas screener semacam finger print atau teknologi screener yang lain. Hebat sekali kalau uni mau repot mengadakan fasilitas ini. Atau kalaulah dinilai hal ini sebagai tindakan eksklusifitas bagi para pencadar, atau uni merasa kerepotan, paling tidak mahasiswi bercadar mau menunjukkan wajahnya ke beberapa staf dan pengajar yang in charge. Atau kembali ke status quo, sudah saling percaya saja, dan kalau sampai ada penyalahgunaan cadar di kampus, maka pengguna cadar harus siap dengan konsekwensi tegas dan keras dari kampus.

kemenristekdikti-larangan-pakai-cadar-tergantung-kebijakan-kampus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun