Oleh: Lafi Munira terkadang, kita terjebak oleh persepsi kita sendiri.. kadang kita berkata dalam hati, “ih ngapain sih tu orang, sukanya twitteran, suka komunitas korea-an, suka ini dan itu yang secara ga penting, dia emang kurang kerjaan” “ih lebay banget sih tu orang, bentar-bentar nangis, bentar-bentar mellow, bentar-bentar ngeluh, hidup orang itu bener-bener lebay, mendramatisir” “ih dia pemalas, masuk kuliah aja jarang, ga level lah sama kita yang rajin masuk kuliah, mungkin juga dia bodoh” “ih dia anak manja, mungkin dia anak tunggal, atau juga anak bungsu, kebiasaan dimanjain sama orangtua kali, ke laut aja” “ih dia kan cuma tukang tambal ban, pemulung, tukang becak, gak penting” dan ih ih lainnya karena setelah saya telusuri, ternyata mereka yang suka nge-twit, ngeblog, atau gabung di komunitas-komunitas “yang terkesan hedon” itu sebenarnya tidak seburuk yang kita bayangkan.. at list mereka menyenangkan, bahkan orang-orang seperti mereka berbagi kebahagiaan dan semangat di postingan-postingan mereka, sesuatu yang sangat berarti ketika kamu sangat down, dan ternyata merasa “hangat” dan “diperhatikan” oleh orang yang belum kamu kenal, atau bahkan mereka bisa membahasakan semua yang kita rasakan, seperti cermin.. mungkin kita merasa waktu kita lebih bermanfaat dengan kerja “nyata”, tapi ternyata mereka pun manusia yang bermanfaat, melalui kata-kata, menginspirasi orang lain, bahkan komunitas-komunitas yang dikira geje pun membuat sesuatu charity, gak selamanya mereka selalu buruk dan terkesan bersenang-senang, kalau saja kita mau sedikit melihat ke arah mereka.. ada mereka yang terkesan manja, cengeng, labil, galau, apalah itu sebutannya yang jelas, kita kini dengan begitu mudahnya mengatakan bahwa seseorang itu labilan ato galauan, kalo bisa dibilang, “kita tu bener-bener sok tau!”, kenapa?, lha orang kita gak tau apa yang dilanda sama dia, dan kita sembarangan ngeledek atau ngeremehin dia kayak gitu, siapa tau, ada masa dimana kamu juga merasakan sesuatu yang disebut-sebut lebay itu dan kamu bingung harus bagaimana.. lagi lagi, terkadang kita begitu mudah mengatakan sesuatu, menilai sesuatu, “hanya” sekilas, tanpa melihat dari berbagai sisi.. ada mereka yang dicap pemalas, dan bodoh dikampusnya karena telat wisuda, ga realistis, dan super aneh, ya lagi lagi kita cuma bisa ngecap kan? terus setelah itu apa? kecuali kita ngecap tu orang dan kita bisa ngasih solusi ke dia.. oh meen, kita punya kehidupan kita masing-masing, dan tau apa sih kita tentang apa yang dia alamin sampe dia kayak gitu, okelah dia bodoh, mungkin juga dia bener-bener pemalas, tapi lagi lagi akan lebih baik kalau kita mengurusi diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, daripada ngecap seseorang tanpa solusi.. ada mereka yang kerjaannya berpenghasilan rendah.. tukang parkir kah, tukang sayur kah, tukang becak kah, tukang tambal ban kah, dsb. yang mungkin ga level bagi yang udah lulus S1, es, es lainnya.. atau bahkan ketika kita tidak bergelar es. es pun kadang mungkin suka menganggap mereka ga penting.. saya meyakini, apapun pekerjaan kita, selagi bisa memberikan manfaat bagi orang lain, itu adalah kebaikan… sekalipun ada bis, taksi atau apakah, suatu ketika kita mungkin membutuhkan becak.. tiap hari kalo tukang sayur ga lewat, mesti jauh pergi ke pasar, efisiensi waktu dan tenaga.. tiba tiba ban motor bocor di jalan, dan tentunya butuh bantuan tambal ban, walau kita tetep harus bayar. tapi seenggaknya mereka udah banyak berjasa dalam hidup kita, mereka memberikan manfaat, sama seperti para dosen yang mengajar, ato anggota dpr kah, yang elit-elit, intinya yang kadang tak dianggap itu mungkin jauh lebih memberikan manfaat dan makna untuk sekitarnya.. semoga, hati dan fikiran kita terjaga dari setiap persepsi dan prasangka yang tidak baik..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H