Mohon tunggu...
Lafi Munira
Lafi Munira Mohon Tunggu... -

introvert-moody|sangat menyukai hujan | sangat menyukai anak-anak | pecinta kucing | penggemar musik | kolektor buku |pecinta puisi, bahasa-bahasa, psikologi, sastra, filsafat, bintang, dan langit malam hari| menyukai aroma udara pagi hari dan langit teduh di pagi hari | penyuka langit biru dan awan-awan putih | suka mengumpulkan pasir pantai | lebih suka menulis daripada bicara | sangat suka memandangi sawah-sawah hijau dan damainya kota yogya | menyukai senyuman | menyukai filosofi pasir dan filosofi udara | suka berfikir, memperhatikan hal yang detail, | humanitarian wanna be |

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Bercerai, Pertahankanlah Keluarga Anda, Fikirkan Nasib Anak-anak Anda

7 Agustus 2012   15:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 3419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, dibalik ketangguhan anak-anak korban perceraian, mereka bisa dibilang rapuh, namun mereka tulus dan tak pernah mengada-ngada, mereka perhatian dan penuh cinta, karena hidup mereka kekurangan cinta jadi mereka senang berbagi cinta kepada siapa saja, khususnya anak kecil…
pernah juga mendapat ledekan, kalo cinta itu biasa aja ga usah berlebihan… bagi anak-anak yang kekurangan cinta ini, cinta adalah sesuatu yang langka sejak kecil, jadi wajar saja kami bakal jadi setia setengah mati sama seseorang yang dicinta, bagi anak-anak korban perceraian itu cinta segalanya, cinta adalah kehidupan, yang ibaratnya bisa menebus kehilangan dan kecacatan selama ini… kenapa sy ekstrem bilangnya cacat?, serius kayak rasanya lebaran tu hampa banget selama bertahun2, karena ga ada wajah ayah dan ibu yang dipandang secara bersamaan, ya saya punya jargon “lebaran hampa”, sampai saat ini, bukannya kurang bersyukur, namun ada rasa yg menusuk-nusuk di hati karena hampa,, kekurangan cinta,, jadi tentunya hidup bersama orang yang dicinta adalah impian terbesar.. ah, cinta..
anak-anak yang rapuh ini, melewati hidup yang berat, apalagi ketika ditarik2 kedua orangtuanya, kalo memihak ke salah satu saja, ke ayah saja atau ibu saja, dibilang ga adil, nanti di bilang durhaka, atau bahkan ga tau terimakasih, how hard our life… setidaknya kami berusaha berbagi cinta kepada kedua orangtua,
lebih kompleks lagi kalo jadi anak pertama,, beban psikis yang ditanggung tambah banyak, .. menurut pengamatan saya berbelas tahun ini,, dari beberapa anak dalam keluarga yang orangtuanya bercerai, hanya sedikit yang berhasil menjadi bijak.. kenapa?, karena sebagian besar memilih hidup dengan tipe no. 4 yakni cuek (untuk anak laki-laki) atau tipe 3. untuk anak orang kaya..

well, semoga tulisan ini bisa menginspirasi, semoga kita semua bisa memiliki keluarga yang indah, mempertahankannya sampai tutup usia, mendidik anak-anak kita dengan cinta, sehingga mereka bisa menjadi generasi kebanggan bangsa.. amin allohumma amin, insyaAllah…

jangan bercerai, walau badai melanda, bertahanlah, fikirkan anak-anak anda, bayangkan wajah dan senyuman mereka, yang tiba-tiba hilang sinarnya meredup atau bahkan berganti tangisan pasca perpisahan, tangisan yang disimpan saja, tak berani ditunjukkan, karena tak ingin mengecewakan, karena tak ingin menambah beban, ya seketika itu, anak yang kecil itu berubah cara fikirnya menjadi seperti orang dewasa, mungkin anda tidak bisa membayangkan atau mengetahui sakit yang mereka rasakan, disini, didalam hati..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun