Sering terdengar bahkan sudah menjadi budaya, memakai sebuah istilah/kata, tetapi apakah sudah diteliti terlebih dahulu" istilah yang akan digunakan. Istilah(term) atau terminology, adalah sebuah ucapan yang sudah jadi kesimpulan. Istilah/Terminologi hanya bisa dipakai ketika seseorang ingin menyimpulkan sesuatu dalam bentuk kalimat pendek/menterminologikan, dari pada/ketimbang terlalu panjang menjelaskannya, maka digunakanlah Istilah. Namun tidak semua hal perlu atau tidak tepat jika hal tersebut tidak membutuhkan(mubazir,sia-sia) terminologi pemahaman. Begitu pula penggunaan kata dalam setiap kalimat. Kalimat adalah susunan dari sebuah kata per kata, jika salah dalam mengambil kosa kata maka akan mempengaruhi kalimat. Semua ini bukan saja diteliti juga bukan saja dicermati,melainkan juga harus dimengerti oleh orang yang akan membuat sebuah kalimat untuk dijadikan sebuah atikel/tulisan atau apa saja yang berhubungan dengan tulis menulis. Dalam dunia tulis menulis ada bahasa khusus untuk bisa memenuhi syarat sehingga cocok untuk diterbitkan, misalnya menulis sebuah tulisan di majalah/Koran dan sebagainya, ada pengeditan atau penyaringan tulisan sebelum diterbitkan. Tentu berbeda bahasa tulisan/editorial dengan bahasa percakapan, begitu pula perbedaan gaya tulisan dalam sebuah buku dengan tulisan sebuah makalah. Ini adalah contoh dari perbedaan demi membedakan sesuatu yang seakan sama, seakan mirip namun memiliki perbedaan arti/makna. Kita ambil contoh kalimat yang sudah tayang di media massa. Banyak orang menyukai kalimat ini konon katanya Puitis dan memiliki makna yang dalam. Saya akan memberikan komentar dari setiap kalimat tersebut bahkan saya mencoba menggantinya menurut versi tata bahasa yang tepat.
Versi Aslinya:
"Untuk siapa yang bertujuan untuk tersesat"(membingungkan dan bertele-tela)
"Untuk yang malu untuk malu" (kalimat yang sia-sia/pemborosan kata)
"Untuk yang siap hidup untuk diri"Â (untuk kata yg mana? untuk hidup atau untuk diri?)
Versi Sang Penulis:
"Untuk siapa yang bertujuan tersesat"
"Untuk yang malu"
"Yang siap hidup untuk diri"
Boleh mempuitiskan kalimat, bagian terpentingnya harus jelas. Silahkan bermain kata-kata, namun jangan membuat rancu dan membingungkan. Kalimat yang baik dan memenuhi syarat tentu tidak terlepas dari SPOK setiap kata yang ada dalam tulisan atau kalimat. Jangan hanya enak untuk dibaca tetapi sia-sia maksudnya. Semua kosa kata harus diperhatikan dan dimengerti padanan katanya, dimana kata tersebut harus masuk/ditempatkan, bukan asal-asalan apalagi hanya enak-enakan, suka-sukaan. Point terpenting dari sebuah kalimat harus memenuhi kriteria. Kriteria sebuah kalimat ditentukan dari SPOK-nya. Kemudian baru bisa dinilai kedalaman maknanya/pengertiannya(Sastra) lewat padanan/paduan kata per katanya. Inilah yang paling sering dilupakan atau  diabaikan oleh para penulis, khususnya penulis abad ini. Salam untuk para Penulis dan  Pujangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H