Banyak akhir-akhir ini orang selalu bermain kata-kata, memanis bibirkan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, seakan itulah dirinya, seakan dialah orang yang paling benar, lagaknya dia seperti yang dikatakannya(Q.S 61/ Ash Shaff ayat 3-4) orang yang beriman jangan pernah mengatakan yang tak diilmuinya, tak dialaminya. Sebab hal tersebut sangat dibenci Allah. Orang yang berkata benar tak lebih baik dari orang yang Jihad dengan kebenarannya, Jihad melawan hawa nafsu, Jihad terhadap pengakuan/penilaian orang. Inilah perbuatan yang benar baru boleh berkata benar, baru bisa mengatakan kata-kata indah(motivasi) lagaknya seorang motivator, sementara motivnya/niatnya adalah pengakuan orang banyak, dengan banyak yang mengakuinya maka banyaklah duitnya. Emang ini kebenaran? Emangnya orang banyak yang menentukan Kebenaran?. Seharusnya orang yang berilmu dan dia beriman dari yang diilmuinya tersebut, sudah selayaknya hati-hati untuk berkata, sebab sekecil dan sebesar apapun yang dikatakan akan ada yang mengawasinya(Q.S 50/Qaaf ayat 18) Jika orang tersebut benar pasti yang pertama kali malu terhadap perkataanya adalah dirinya sendiri. Saat ini manusia sudah melupakan betapa pentingnya Ilmu yang sudah jadi pengalaman atau sebaliknya. Perkataan indah dijadikan sandaran semua orang untuk menentukannya, bagi yang tak punya rasa malu gampang untuk mengucapkannya/mengatakannya, namun bagi orang yang berilmu dan beriman tak mudah, bahkan ada rasa malu pada dirinya. Jiwa-jiwa orang seperti inilah yang beruntung, yang benar, yang menjadi tolak ukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H