Mohon tunggu...
El N. A.
El N. A. Mohon Tunggu... profesional -

Just El

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Panglima Tikus

14 Oktober 2013   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13967903811137000734

SURAT UNTUK PANGLIMA TIKUS

Panglima..

Kami adalah petani-petani yang tak lulus. Yang hidup di kampung subur salah urus. Di mana sawah-sawah dikepung ribuan lubang gangsiran tikus. Tempat hamparan padi hancur dimakan pengerat rakus. Yang datang dan pergi sesuka hati. Meninggalkan jejak batang-batang membusuk berkasus.

Di kampung ini pula, cerita tentang semaraknya musim panen telah lama sirna. Tenggelam oleh cerita kegagalan memberangus tikus-tikus. Yang tak hanya makan padi di sawah. Lumbung di halaman rumah pun telah habis dijamah.

Panglima..

Dulu kau pernah berjanji akan membasmi tikus-tikus di kampung ini. Bahkan kau sebut dirimu sebagai Sang Panglima Penumpas Tikus. Berdiri terdepan dengan pedang terhunus. Gagah menantang dengan suara lantang. Seolah tegas bersiap perang. Tapi sayang, ternyata itu hanyalah bualan pengantar tidur siang.

Sungguh aneh apa yang nampak. Kau bilang sedang menumpas tikus tapi yang kau bawa pasukan tikus pula. Yang tak mungkin kau suruh bunuh teman serupa. Yang ada hanyalah bermain bersama, saling kejar dan main mata. Saling berkabar di mana tempat makanan lezat dapat dimangsa. Saling bertanya di mana tempat perangkap yang harus dihindarinya.

Panglima..

Kau selalu mengeluh tanpa peluh. Berkesah seolah tak salah. Menggerutu kata-kata ambigu. Berharap pasukan kucingmu dapat membantu. Sayang ada yang kau lupa, cerita tentang kampung anomali kita. Di mana tikus-tikus tak lagi takut pada kucing yang tak mau memangsanya pula. Di sini lah kucing dan tikus bisa menjalin cinta. Saling bertenggang rasa dan se-iya sekata. Bahkan tak jarang makan bersama, satu piring berdua. Begitu dahsyat, peseteru abadi kini telah bersatu. Terikat jerat kepentingan yang sama semata.

Hingga akhirnya, kau terlihat mulai putus asa dan tak tahu harus berbuat apa. Hama tikus pun semakin merajalela. Tak peduli kau tengah apa.

Panglima..

Kami warga kampung tak pernah bosan datang menagih janjimu. Tidak hendak minta uang, minta pupuk murah atau minta sawah. Tidak pula minta datangkan hujan dan hadang banjir badang. Kami hanya minta satu, tepatilah janjimu yang dulu. Janji Sang Panglima Penumpas Tikus!

Bangkit lah! Kau bukanlah Tom yang selalu kalah melawan Jerry. Tapi sikap dan cara kerjamu akan mengingatkan kami pada si kucing Tom. Yang selalu sial menjadi bulan-bulanan si tikus Jerry yang dikejarnya. Ingat, bagaimana pun hebatnya tikus adalah tetap tikus. Dan kau adalah Sang Panglima Penumpas Tikus, yang tidak boleh kalah menyerah melawan tikus-tikus!

Panglima..

Namun bila memang kau sudah putus asa, kami pun tak bisa bilang apa. Segeralah berkabar dan serahkan tugas itu kepada warga kampung ini. Kau dapat rehat sejenak. Menunggu hasil sambil berkidung menimang cucu. Tak usah ragu, cara kami menumpas dijamin tuntas dan jitu. Gropyok masal dan binasakan semua. Tanpa sisa!

Akhirnya Panglima..

Bukan salahmu bila tak becus berangus tikus. Kami warga kampung ini lah yang lupa. Walaupun Panglima, kau adalah tetap seekor tikus juga. Sama seperti mereka.

Cape’ deeeeeeh…

Sumber Gambar ilustrasi:  kumpulanceritamistisonline.blogspot

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun