Mohon tunggu...
Laeli Fa
Laeli Fa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tradisi Kerokan dari Ibu

26 November 2017   18:12 Diperbarui: 26 November 2017   18:17 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua minggu lalu, kakak saya pulang dari bekerja mukanya tampak pucat. Masuk kamar, pintunya langsung di tutup. Saya diamkan saja. Bisa jadi karena butuh istirahat karena beberapa hari sebelumnya dia disuruh menjadi pengawas ujian dari pukul 9 pagi sampai 9 malam, sampai rumah pukul 10. Belum lagi hujan yang mengiringinya.

Menjelang sore, dia menghampiri saya dengan ekspresi lemas: "Tolong kerokin sebentar yuk, badannya lagi ngga enak. Kayanya masuk angin". Segera saya ambil Balsem Lang dan uang koin 500. Mulai deh saya kerokan. Awalnya merah di bagian punggung atas, tapi ke bawah malah samar. Maka, bagian paling bawah saya kerokin asal. Dari yang awalnya sejajar antara kanan-kiri sendi-sendi dekat tulang sampai ke bawah tidak beraturan, yang penting cepat selesai, hehehe.

dok.pribadi
dok.pribadi
Selesai kerokan, kakak saya istirahat meski masih mengeluh pusing. Besoknya, kata dia mendingan tapi masih lemas. Akhirnya ke klinik terdekat, lanjut ke kantor. Jam kantornya seharusnya sampai pukul 4 tapi jam 1 sudah pulang. Rupanya ke klinik biar dapat surat ijin plus dapat oleh-oleh: obat. Bukannya lebih baik malah mual-mual. Ternyata perawatnya salah tulis keterangan di obat; yang harusnya sebelum makan malah sesudah, sesudah jadi sebelum. Oleh ibu saya, dia di kerik lagi. "Kamu kerokin ga bener, ga beraturan," kata beliau ke saya. Jadi beliau merapikan pola saya yang salah, yang kata orang-orang baiknya membentuk pola tulang ikan. Di waktu lain saya pernah juga di tegur ibu gara-gara melakukan kerokan dari bawah ke atas, harusnya dari atas ke bawah. Tapi tidak apa-apa lah di ingatkan ibu, karena Alhamdulillah esoknya kakak saya terlihat lumayan segar.

Ibu saya ini jagonya kerik-mengkerik alias kerokan. Dari beliau, keluarga kami di biasakan kerokan. Setiap kali anggota keluarga kami tidak enak badan, usahanya bukan ke dokter dulu tapi kerokan dulu. Sampai-sampai pernah suatu ketika teman merasa tidak enak badan, spontan saya katakan: "di kerokin saja". Teman saya menjawab tidak biasa di kerik karena sakit. Ibu saya bercerita bahwa kerokan sudah menjadi tradisi yang diturunkan nenek beliau. Saya bersyukur dibiasakan dengan tradisi tersebut dan merasakan manfaatnya: badan terasa enteng. Saya ingat, jika persediaan balsem habis, ibu akan memakai alternatif lain: minyak dan bawang atau lotion dan uang. Memang lumayan, tapi tidak sehangat balsem.

dok.pribadi
dok.pribadi
BalsemLang ini tidak hanya untuk masuk angin saja lho, bisa juga untuk nyeri otot, perut kembung, mual, sakit kepala, nyeri haid. Setidaknya saya membuktikan bahwa balsem ini tepat sebagai pertolongan pertama. Tidak hanya untuk kerokan, tapi bisa digunakan untuk mengoleskannya pada tubuh. Saat ini saya sedang membiasakan untuk tidak bergantung dengan obat, sehingga kata-kata: "DikitDikitJanganMinumObat" sangat tepat untuk mengingatkan saya.

Saya akan berbagi beberapa tips seputar kerokan. Pertama, jangan memakai koin yang bagian pinggirnya kasar karena bisa menimbulkan rasa sakit. Jika tidak punya uang benggol (mata uang yang terbuat dari tembaga), bisa diganti dengan uang logam 500 warna kuning atau 1000 kuning-putih. Kedua, lakukan kerokan dari atas ke bawah, jangan sebaliknya karena bisa menimbulkan rasa sakit.

Saya dan keluarga sudah membuktikan manfaatnya, kini giliran Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun