Memasuki ruangan kedua, tempat khusus untuk menerima tamu Kesultanan Deli. Tjong A Fie menjalin hubungan secara personal dan kerja sama yang baik dengan Sultan Deli. Sebagai saudagar terkaya di kota ini, Tjong A Fie banyak berkontribusi pada pembangunan kota secara pemikiran dan kontribusi dana.Â
Hubungan baik keturunan Tjong A Fie dengan Kesultanan Deli masih terjalin dan terjaga dengan baik hingga saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan foto Bu Mimie dengan SuÅ‚tan Deli XIV saat bersilaturahmi.Â
Masuk ke bagian dalam, ternyata ada ruang terbuka, tempat bersantai dan berbincang. Lalu ada galeri, tempat sembahyang kepada leluhur (kuil keluarga), kamar Tjong A Fie dan istrinya Mdm. Lim Koei-Yap dan tempat sembahyang kepada para dewa (di lantai 2) yang tidak boleh didokumentasikan.Â
Galeri
Di dalam galeri berisi foto-foto, barang-barang antik peninggalan keluarga, surat-surat, dan penghargaan dari para kolega. Tjong A Fie adalah seorang pemuda asal Tiongkok yang berkelana ke Tanah Deli. Dulunya Tjong A Fie bekerja serabutan di pelabuhan. Ia bekerja keras dengan gigih hingga memiliki banyak perkebunan kelapa, kopi, karet, tembakau, dan memiliki puluhan ribu pekerja.Â
Harta kekayaannya digunakan dengan bajik dan bijak, Tjong A Fie kerap memberikan santunan kepada orang-orang yang membutuhkan, memberikan sumbangan 4 buah jam yang dipasang di kubah balai kota lama. Hingga kini jamnya masih berfungsi.Â
Selain itu, Tjong A Fie yang dermawan, yang cinta kedamaian tanpa memandang suku dan agama, banyak memberikan sumbangan untuk sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat ibadah. Ada gereja, Masjid Gang Bengkok, Klenteng Kwan Ti Kong dan Kwan In, serta pembangunan Jembatan Kebajikan (Jembatan Chen Tek).
Kamar Tidur Tjong A Fie dan Mdm. Lim Koei-Yap
Tertata rapi, ranjang tempat tidur dari kayu mahoni yang masih asli. Kasurnya pun masih empuk. Di ruangan yang cukup luas itu berisi 5 lemari, meja kursi, meja rias, dan beberpa foto yang dipajang di dinding. Di sudut ruangan nampak gramaphone, vacuum cleaner, timbangan, telepon, juga beberapa baju peninggalan Mdm. Lim Koei-Yap yang tergantung. Terasa kental sekali nuansa era 1900-an.