Ribuan tips dan cara diet bertebaran di media sosial. Dari diet mayo, diet keto, diet atkins, diet vegetarian, dan sebagainya. Dari sekian banyak ragam diet, manakah yang paling tepat?
Saya pikir, itu relatif. Suatu metode diet bisa efektif pada seseorang, namun belum tentu akan berlaku sama pada yang lainnya. Hal ini bergantung pada kondisi tubuh orang itu sendiri.Â
Saya sendiri, sejak Juli 2019 melakukan diet dengan tujuan agar lebih sehat dengan mengatur pola makan, menu makanan, juga waktu makannya. Seperti halnya food combining yang kian digemari masyarakat dewasa kini.Â
Dilatarbelakangi oleh kondisi fisik yang sering mudah lelah & mengantuk, masuk angin, migrain, dan adanya endometriosis atau kista cokelat yang mengakibatkan sakit nyeri luar biasa pada masa pra dan pasca menstruasi. Akhirnya muncul kesadaran bahwa harus ada yang diubah dari asupan yang masuk ke dalam tubuh.Â
Mengikuti pola diet yang dipraktikan oleh Yulia Baltschun dengan mengkombinasikan dengan resep-resep dari dr. Zaidul Akbar. Berikut yang saya lakukan:
Menentukan Target Waktu
Tujuan dari diet yang saya lakukan adalah untuk membangun habit, maka diet ini saya targetkan selama 3 bulan pertama. Tidak perlu lama-lama agar tidak merasa terbebani, tapi juga jangan terlalu cepat. Kembali lagi, karena tujuannya adalah membangun habit.
Ganti Pola Makan
Selama 3 bulan pertama, saya mengurangi nasi putih, tepung (gluten), minyak goreng, gula, dan garam. Menggantinya dengan nasi merah, buah, sayur, olive oil, dan himalayan salt. Saya tidak menghitung defisit kalori, karena bagi saya itu ribet.Â