Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Banyuwangi Trip: De Djawatan, Hutan Mistis Namun Eksotis

27 Juli 2024   13:04 Diperbarui: 12 Agustus 2024   08:58 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
De Djawatan | Foto: Dokumentasi Pribadi

Campuran dua menu yang bikin penasaran. Rasa asam dari mangga, segarnya timun dan bengkoang, pedasnya sambal, dan gurihnya kuah soto tahu, memberikan sensasi rasa tersendiri. Cocok disantap siang hari disandingkan dengan kelapa muda.

Soto Rujak | Foto: Dokumentasi Pribadi
Soto Rujak | Foto: Dokumentasi Pribadi
De Djawatan

Satu jam dari pusat kota, kami tiba di destinasi pertama. De Djawatan, hutan yang menyerupai Fangorn Forest dalam film Lord of The Rings. Banyak sekali pohon-pohon trembesi raksasa berusia ratusan tahun peninggalan Belanda dulunya. 

Batangnya yang tua dan berlumut memunculkan kesan mistis tapi eksotis. Lebatnya daun yang hampir menutupi kawasan Djawatan, sedikit menyeramkan tapi juga menawan. Kicau burung dan binatang lain bersahut-sahutan dengan nyanyian angin. Tidak heran, banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang tertarik bertandang ke sini.

De Djawatan | Foto: Dokumentasi Pribadi
De Djawatan | Foto: Dokumentasi Pribadi
Spot foto instragramable di setiap sudutnya, menjadi daya tarik tersendiri. Rumah pohon, ayunan kayu, serta kereta kuda menjadi wahana yang patut dicoba. Hanya dengan membayar tiket masuk Rp 7.500 saja, wisatawan bisa menikmati sejuk dan teduhnya hutan pohon hujan. Rasanya menyenangkan dan menenangkan berlama-lama di Djawatan.

Sego Tempong

Lelah mengelilingi De Djawatan, kini saatnya makan siang. Kami mampir ke warung makan Sego Tempong Mbak Har. Menyantap Sego Tempong, salah satu kuliner tradisional masyarakat Banyuwangi tentu tidak boleh terlewatkan. 

Nasi hangat yang disajikan dengan berbagai variasi lauk seperti ayam, bebek, belut serta rebusan sayur dan lalapan. Tempong sendiri berasal dari kata tampar, sensasi tertampar karena pedasnya sambal yang disuguhkan.

Sego Tempong | Foto: Dokumentasi Pribadi
Sego Tempong | Foto: Dokumentasi Pribadi
Sambal ini terbut dari cabe rawit, tomat ranti, gula, garam, terasi, dan perasan jeruk limau. Lezat dan pedasnya sego tempong benar-benar bikin ketagihan.

Hari menjelang sore, saatnya kembali ke penginapan. Sebenarnya, ini waktu yang tepat menikmati senja di Pantai Merah. Namun, kami harus menyimpan energi untuk perjalanan malam yang menantang, melihat fenomena alam blue fire Kawah Ijen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun