Kegiatan belajar mengajar yang semula harus berada di ruang kelas perlahan mengalami pergeseran dengan adanya kegiatan belajar dari rumah tanpa tatap muka secara langsung.
Proses pembelajaran yang berubah tersebut berdampak pada beberapa aspek, seperti perlunya adaptasi siswa terhadap konten belajar hingga penggunaan gadget untuk menunjang kegiatan belajar.
Siswa diberi materi pembelajaran lewat media sosial atau platform khusus demi tercapainya tujuan pembelajaran. Baik siswa maupun guru sama-sama berusaha mencapai tujuannya masing-masing.
Pembelajaran tanpa tatap muka yang semula dianggap sulit untuk diterapkan perlahan menjadi hal yang wajar. Siswa dilatih untuk beradaptasi pada perubahan kondisi pembelajaran tanpa guru di tempat.
Apabila biasanya siswa akan tertib saat berada di depan guru, kedisiplinan siswa melalui pembelajaran non tatap muka menjadi terlatih.
Mau tidak mau, siswa harus membiasakan diri belajar mandiri tanpa guru di depannya.
Hal tersebut sebenarnya bisa menjadi alasan untuk menyelesaikan ketimpangan pendidikan yang masih ada di Indonesia.
Sebab, tidak semua wilayah di Indonesia bisa mengakses pendidikan secara layak dengan fasilitas maksimal dan guru terbaik.
Dengan adanya sistem belajar non tatap muka menggunakan teknologi, siswa yang berada di daerah mana pun berpeluang mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang sama.
Fasilitas pembelajaran penunjang di dalam kelas yang tidak dapat diakses di tempat siswa juga tidak akan menjadi penghalang keberhasilan pembelajaran.
Sayangnya, belum semua daerah di Indonesia bisa mengakses teknologi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena kunci keberhasilan penerapan pembelajaran non tatap muka adalah penggunaan teknologi.