2. Keadilan: Keadilan adalah prinsip yang sangat ditekankan oleh Aristoteles dalam kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus berusaha untuk menciptakan keadilan sosial, yang berarti memastikan bahwa semua orang mendapatkan haknya dan diperlakukan dengan adil. Dalam pandangannya, pemimpin yang adil akan membawa stabilitas dan kesejahteraan bagi masyarakat.
3. Kepentingan Bersama: Aristoteles percaya bahwa pemimpin harus mengutamakan kebaikan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Seorang pemimpin yang memiliki visi jelas tentang tujuan bersama akan dapat mendorong masyarakat untuk bersatu dan bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab untuk memajukan masyarakat.
4. Partisipasi Aktif: Aristoteles menekankan pentingnya keterlibatan warga dalam proses pengambilan keputusan. Ia berpendapat bahwa pemimpin harus menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif, baik melalui diskusi maupun tindakan kolektif. Dengan cara ini, pemimpin dapat memperoleh masukan yang berharga dan membangun rasa kepemilikan di kalangan warga terhadap keputusan yang diambil.
5. Kemampuan Beradaptasi: Pemimpin harus mampu memahami dan beradaptasi dengan perubahan situasi serta tantangan yang dihadapi masyarakat. Kemampuan ini penting agar pemimpin dapat merespons kebutuhan dan harapan rakyat dengan cepat dan tepat. Pemimpin yang responsif akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari masyarakat.
6. Keseimbangan: Dalam pengambilan keputusan, pemimpin ideal harus mampu menciptakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang ada. Mereka harus menghindari kebijakan yang ekstrem atau bias yang dapat merugikan segmen tertentu dalam masyarakat. Keseimbangan ini penting untuk menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial.
7. Pengalaman dan Kebijaksanaan: Aristoteles menganggap bahwa pengalaman dan kebijaksanaan adalah aset berharga bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang memiliki pengalaman luas dalam berbagai situasi akan lebih mampu menghadapi tantangan yang kompleks. Kebijaksanaan, di sisi lain, membantu pemimpin untuk membuat keputusan yang bijak dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.
8. Integritas Moral: Seorang pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi, yaitu konsistensi antara nilai-nilai moral yang diyakini dan tindakan yang diambil. Integritas moral ini menciptakan kepercayaan di antara rakyat dan menunjukkan bahwa pemimpin dapat diandalkan. Pemimpin yang berpegang pada prinsip moral akan lebih dihormati dan diikuti oleh masyarakat.
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan Aristoteles berfokus pada penciptaan masyarakat yang adil, harmonis, dan sejahtera. Dengan karakteristik-karakteristik ini, pemimpin diharapkan dapat berfungsi sebagai pemandu dan sumber inspirasi bagi rakyatnya, serta memastikan bahwa kepentingan bersama selalu menjadi prioritas dalam setiap keputusan yang diambil. Namun ada juga karakter yang tidak boleh diterapkan ketika menjadi pemimpin. karakter yang tidak boleh diterapkan yaitu:
1.) Defensif : kerekter kepemimpinan yang ditandai oleh sikap egoisme dan meresa paling benar bila orang lain atau bawahan mengadukan suatu persoalan bukan diterima dengan baik, tetapi sebaliknya dimarahi, dan di ancam. Sesungguhnya pemimpin yang beretika seharusnya tidakakan marah jika diberikan saran masukan dan kritik.
2.)Represif  karekter  ini  di  tandai  sikap  yang  selain  juga  arogan,  yang  memandang kekuasaan  sebagai  sesuatu  egois  dan  yang  menjadi  milik  pribadi  dan  semakin  besar kekuasaan dan kewenangan, pemimpin semakin sewenang-wenang untuk bawahan atau orang lain.