Meskipun gaya kepemimpinan Aristoteles memiliki banyak keunggulan, ada juga tantangan dalam menerapkannya. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Resistensi terhadap Perubahan
  Dalam era yang selalu berubah, tantangan untuk menerapkan gaya kepemimpinan baru sering kali menjadi masalah yang rumit, terutama ketika pemimpin menghadapi penolakan terhadap perubahan. Banyak pemimpin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun menjalankan metode tertentu dan merasa nyaman dengan cara yang sudah ada. Rasa nyaman ini seringkali menghalangi mereka untuk menjajaki pendekatan baru, meskipun metode tersebut mungkin lebih efektif dalam mengatasi tantangan saat ini.
Ketakutan akan kegagalan juga menjadi salah satu hambatan utama. Pemimpin sering merasa khawatir bahwa perubahan yang mereka lakukan tidak akan berhasil atau tidak diterima oleh tim. Kekhawatiran ini dapat menjadi beban yang berat, sehingga mereka lebih memilih untuk tetap pada cara-cara yang sudah terbukti, meskipun mungkin sudah tidak relevan lagi.
Lingkungan dan budaya organisasi juga memiliki peran penting dalam penolakan ini. Di organisasi yang memiliki budaya sangat hierarkis atau otoriter, pemimpin mungkin merasakan tekanan untuk mempertahankan cara lama. Dalam kondisi seperti ini, perubahan sering dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas yang ada, sehingga pemimpin merasa terjebak antara keinginan untuk berinovasi dan kebutuhan untuk menjaga ketenangan.
Banyak pemimpin juga menghadapi tantangan akibat kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang pendekatan baru. Jika mereka tidak sepenuhnya memahami manfaat atau strategi implementasinya, keraguan dapat menghambat langkah maju mereka. Ketiadaan dukungan dari atasan atau pihak lain dalam organisasi juga memperburuk keadaan. Tanpa dukungan tersebut, pemimpin dapat merasa terasing dan enggan untuk melanjutkan upaya perubahan.
Dinamika tim yang rumit juga dapat menjadi faktor penghalang. Anggota tim yang sudah merasa nyaman dengan cara kerja yang ada mungkin menolak untuk menerima pendekatan baru. Saat penolakan ini muncul, konflik bisa timbul, sehingga suasana kerja semakin memburuk.
Keterbatasan sumber daya sering kali menjadi tantangan tambahan. Menerapkan perubahan memerlukan sumber daya, seperti waktu dan pelatihan. Jika organisasi tidak menyediakan sumber daya tersebut, pemimpin mungkin merasa tidak mampu untuk menerapkan perubahan, meskipun niat mereka baik.
Untuk mengatasi penolakan ini, pemimpin perlu mengambil langkah-langkah strategis. Pertama, penting untuk melakukan komunikasi yang jelas mengenai manfaat dari pendekatan baru. Dengan menjelaskan alasan di balik perubahan tersebut, pemimpin dapat mengurangi kekhawatiran dan membangun dukungan. Selain itu, menunjukkan komitmen melalui tindakan nyata dan memberikan contoh perilaku yang diharapkan akan membantu membangun kepercayaan di antara anggota tim.
Menyediakan pelatihan dan sumber daya yang dibutuhkan juga sangat penting. Dengan memberikan dukungan tersebut, pemimpin dapat membantu anggota tim merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi perubahan. Melibatkan anggota tim dalam proses perubahan juga tak kalah penting. Ketika mereka merasa terlibat, rasa memiliki akan menumbuhkan komitmen yang lebih besar terhadap implementasi perubahan.
Banyak pemimpin mungkin merasa nyaman dengan cara mereka yang sudah ada, sehingga sulit untuk mengadopsi pendekatan baru.