Mungkin bagi yang pertama kali mendengar kata kerokanismu akan bertanya-tanya ya. Apakah ini semacam aliran baru daam dunia sosial atau suatu faham pemikiran dari negara mana, begitu,hehe. Tapi rupanya bukan.
Kerokan atau kalau di masyarakat Jawa biasa disebut kerikan adalah salah satu jenis metode pengobatan tradisional. Pengobatan ini dilakukan dengan cara menggosokkan benda tumpul pada bagian tubuh tertentu, misalnya punggung, leher belakang, dan lengan. Pada umumnya, pengobatan jenis ini ampuh digunakan pada sakit ringan seperti sakit kepala atau masuk angin.
Bagi saya, kerokan memang bukan hal yang aneh lagi. Sejak saya masih kecil, ibu saya telah mengenalkan metode pengobatan ini. Dulu, kalau badan saya panas, saya ingat betul ibu saya hampir selalu menyuruh saya tengkurap dan segera mengeroki dengan sepotong bawang merah. Walaupun saya sangat tidak suka dengan aromanya, tapi panas badan saya cepat turun.
Pengobatan dengan kerokan bawang merah ini rupanya menurun kepada adik saya yang sudah punya anak kecil. Ponakan saya pun kalau badannya panas, adik saya segera mengerokinya dengan sepotong bawang merah hingga tak jarang, kamar jadi bau bawang merah.
"Daripada panasnya berlanjut, lebih baik kamarnya sedikit bau." Begitu alasan adik saya, yang memang ada benarnya juga.
Berbeda dengan suami saya. Dia selalu punya kotak obat lengkap. Parasetamaol, ibuprofen, obat maag, dan lainnya selalu siap dalam kondisi baik. Karena saya bukan tipe orang yang sering minum obat (bahkan sakit pun kalau bisa tidak minum obat, hehe), maka saya selalu mencari alternatif lain sebisa mungkin. Saya selalu bilang ke suami, dikit-dikit jangan minum obat. Maka ketika suami masuk angin atau sakit kepala, saya mencoba untuk mengerokinya.
Awalnya, dia tidak terlalu suka kerokan. Alasannya geli dan sakit. Memang, bagi yang tidak terbiasa, kerokan akan terasa menggelikan. Jadi, kalau dia sedang masuk angin, saya oleskan minyak kayu putih atau balsem lang pada punggung dan perutnya dan saya pijit bahu belakangnya.
Tapi pernah suatu ketika, dia benar-benar merasa tak enak badan karena pulang kerja menerobos gerimis. Akhirnya dengan agak memaksa, ibu mengerokinya dengan minyak tanah. Usainya, dibaluri dengan balsem lang. Paginya suami saya sudah kembali sehat. Sejak saat itu, kalau dia masuk angin, dia sudah berani minta kerokan dengan saya. Karena saya tidak suka aroma minyak tanah, saya gunakan balsem lang dengan aroma mint yang segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H